Sunday, January 20, 2008

Celotehmu redamkan jiwa...

Membuncah apa yang ada di fikir ini untuk segera menemukan tempat berbagi. Rumah sederhana ini, yang selalu setia memberikan keteduhan untuk jiwaku bernaung. Akhir-akhir ini begitu banyak kejutan yang kuterima, seperti halnya malam ini, silih berganti suara dalam tempo tak jelas kutangkap maknanya bergantian sahut-menyahut dengan sapaan yang begitu membuatku bahagia tak terperi. “Mbak nung..tapan pulang, tanen (mbak nur, kapan pulang, kangen..begitulah kira2 bahasa orang dewasa). Mas eta (eka nama lafadz sempurnanya), mas dwi, ama dek tli (tri-baca sempurnanya). Mandi bola..mandi bola (awalnya sangat tidak jelas saya menangkap tiap patah-patah kata yang diucapkan anak-anak ini).”

Dalam keadaan seperti ini saya berusaha sekuat tenaga menyelami tiap kata yang terucap dari mulut anak-anak ini. Pun saya merasa kesulitan juga, hanya jawaban, “apa sayang? Sama siapa main bolanya? Sama ayah yach?,” dengan diselingi panggilan saya ke Mas (kakak), “Mas...Mas..., namun suara anak-anak ini tetap memaksaku untuk mau mendengarkan apa yang mereka ucapkan, meski saya hanya bilang, “oo..begitu? kenapa sayang?”oo...”. Sungguh begitu romantisnya saat-saat seperti itu. Karenanya, jika teringat aku selalu menangis dalam sendiriku untuk datang menggendong kalian, meski sekarang sudah mulai besar dan pasti akan berontak kalau kugendong.

Kalian kini telah memasuki playgroup di usia yang masih begitu kanak-kanak (3 saudara kembar ini, sekarang berusia 3 tahun). Begitu cepat waktu telah berganti. Serasa baru kemarin, tiap saya pulang, maka tugas mengganti popok/celana kalian yang telah basah dengan air kencing, akan segera kuganti agar kalian nyaman.

Kalian dan kita

Celotehmu...
Sapamu yang begitu susah kumengerti dalam bahasamu
Menjadikan ku makin sayang
Betapa kalian harta tak ternilai di kehidupan yang miskin ini
Betapa kalian menjadi pengingatku di arena kehidupanku sekarang
Kalian telah menarikku kembali ke indahnya semua kenangan itu
Tuk sejenak melepas semua gemerlap kehidupan kota yang begitu sulit masuk di logikaku
Namun ini tetap bagian hidup dek...
Kalian kelak juga akan merasakan semua rasa yang berkecamuk di jiwa ini
Suara kalian mendendangkan stamboel kerinduanku kepada kalian, kampung dan semua hal di sana tentang kita, keluarga kita
Begitu banyak karunia yang telah ada dan semakin kuterhempas pada sudut ruang ketidakberdayaan
Hanya satu kesyukuran...kita dan semua dalam kehidupan kita
Kesyukuran harus senantiasa terucap dan terukir dalam perilaku kasih sayang kita ke sesama


Kelak kalian akan tahu apa itu kehidupan

Kehidupan bak putaran pergantian episode dari satu sheet ke sheet lain
Tiap sheet terkandung sejuta makna untuk bisa kutangkap
Kurangkai dalam bingkai kehidupan menjadi kuntum kembang yang harum semerbak
Kusemai ia agar tumbuhnya tidak liar dan tetap dalam arah rambatnya
Tak kubiarkan ilalang menjadi pengganggu tumbuhnya
Biar ia terus menebar aroma semerbak wangi di indahnya hidup ini

Begitu banyak telah kuambil jatah hidup ini
Tak peduli rupa-rupa porsi, baik suka-duka, optimis-keluh kesah
Semakin terus kulangkahkan pijakanku
Semakin KAU hempaskan aku di balik kepongahan diri ini
Tuk sekedar mengulur kesyukuran tiap yang didapat
Begitulah senantiasa kita menjalani hidup
Kelak kalian dewasa akan bisa mengerti semua
Dengan ilmu yang kalian punya
Karena hanya itu harta yang akan membahagiakan
Hanya keindahan perilaku tubuh dan jiwa, kebahagian itu akan teraih

Dan dunia pun turut tersenyum pada kita...^_^


Saturday, January 19, 2008

Dari Ujung Jakarta ke Tasbih


Jika kebahagian itu adalah ukuran materi yang berlimpah dan segala turunan dari itu (Fasilitas, kemapanan, dll) tidak sepenuhnya postulat ciptaan saya ini benar adanya. Akan banyak variable yang nilainya berlaku relatif terhadap setiap orang. Saat kalender waktu menunjukkan tepat di posisi, Sabtu 19 Januari 2008, kegiatan hari itu telah saya dimulai dari Pk.12.30 WIBB mulai dari menempuh perjalanan menteng (Jak-Pus) ke Ciputat yang harus saya tempuh selama 2 jam (khusus hal ini hampir tiap pekan saya tempuh) dan baru berakhir sampai di titik semula sekitar Pk.22.00 WIBB (lebih sedikit setidaknya). Saya sangat bersyukur telah menjadikan sebuah ritme di kehidupan ini dengan seperti itu adanya sejak masa kuliah dulu, meski secara manusiawi, diri ini terkadang mendambakan sebuah suasana lain. Bukan dalam konteks sebuah pengejawantahan “Super sibuk”, namun pendekatan yang mendekati nilai valid adalah “sok sibuk” (lebih tepat saya memaknainya sebagai pencarian hakikat sesuatu terhadap banyak hal ). Dari masing-masing kondisi yang tercipta pun akan memperoleh sebuah pelajaran tersendiri, dan memori itu yang tidak bisa diekuivalenkan dengan rupiah seberapa besarnya, karena dia akan menjadi sejarah yang tidak akan terulang di masa yang sedang atau akan kita tempuh. Sebagaimana kata para cerdik cendekia, setiap zaman ada tantangannya masing-masing dan tentu juga pelaku yang berbeda-beda.

Hari itu, kegiatan pertama saya adalah menimba ilmu. Hal yang lumrah dalam bidang ini, ada sebuah transformasi pengetahuan dan terutama ilmu agama. Saat-saat di sinilah saya mendapatkan “new power” dari rutinitas harian yang dilakoni, semangat akan sebuah kesinambungan di kehidupan, sinkronisasi antara komponen-komponen dalam ritme kehidupan kita. Antara pekerjaan vs hiburan, perseteruan vs pertemanan, benci vs Cinta, sedih vs bahagia, umum vs khusus, ujung-ujungnya dunia vs akhirat, dapat saya terus tempa dan perbaharui. Terus terang saja, saya masih sangat-sangat miskin ilmu dalam hal ini, dan sebuah unsur “pemaksaan” harus saya berlakukan kepada diri ini, meski terkadang kehendak hati ini melawan tuannya. Seperti saat itu, saya merasakan seolah-olah teriknya mentari, penatnya 2 jam di perjalanan dan semua seolah terhapus dari sebuah keegoan dan kepicikan asumsi pikir ini). Satu, dua, tiga dan banyak hal lagi yang kudapat dari kalian, yang tidak terwakili memiliki keluarga dimana-mana, dan begitu tulusnya sebuah sikap itu ditunjukkan (sentuhan tangan kalian, sentuhan ilmu kalian, senyuman kalian, semua yang saya dapati dari kalian mampu membuat saya mengalahkan dengan rangkaian kata indah sebagaimana kadang imajinasiku mampu mendeskripsikan sesuatu yang masih terbatas jua.

Setelahnya, saya harus ke Puri Pamulang (rumah kakak) dengan diantar salah satu teman layaknya keluarga (red-analog seolah-olah keluarga saya dimana-mana-) mengambil beberapa barang pribadi yang saya perlukan di antara kompetisi percepatan waktu yang terus berjalan tak mampu kuhentikan. Waktu hampir menjelang maghrib dan saya pun menunaikan kewajiban dulu sebelum melanjutkan ke agenda berikutnya, “terbang” ke acara walimatul ursy teman di Fakultas Hukum UNPAD di daerah kalibata Jak-Sel. Woow...
funtastic man..!

Agenda terakhir dari rangkaian hari ini, yaitu ke resepsi (walimatul ursy’) yang sebenarnya masih abu-abu saya akan mampu mencapai tempat resepsi sebelum acara berakhir (Pk.21.00 wibb) dengan kondisi perjalanan yang macet dan semua dari awal kegiatan ini, saya tempuh dengan kendaraan massal roda empat yang nasib perjalananku tergantung sang pemacu mesin alias sopir (anda yang familiar dengan kondisi transportasi di jakarta, tentu sudah dapat menangkap maksud saya-telat barang sebentar, akan menunggu lebih dari spare waktu yang tak bisa dikompromi lagi) alias telat yang tidak tanggung-tanggung. Belum lagi, saya sendiri belum pernah ke daerah Kalibata, tempat resepsi dilangsungkan. Namun, berbekal informasi dari teman-teman kantor dan teman-teman rutin sabtu saya di ‘ujung berung” sana (bukan perwakilan dari salah satu nama daerah di Bandung, namun sebagai perumpamaan dari teman2 saya biasa menuntut ilmu di Ciputat, jauh bukan dari episentrum saya di Jakarta Pusat? Heee...). Alhamdulillah saya pun akhirnya mampu mencapai tempat resepsi, meski dalam perjalanan saya sempat salah turun dari transportasi massal ini dan harus menunggu ada sampai dapat. Hal yang masih saya belum berani lakukan di Jakarta ini, maklum orang "ndeso", adalah “Naik Taxi (karena kesendiriannya itu-halusinasi terjadinya tindakan tidak diinginkan-penipuan/pembunuhan/asusila, catatan saja meski ini dianggap berlebihan, namun masih memberikan peringatan kuat di saya)/ Bajaj karena roda tiganya yang kadang kalau “ngebut” kemiringannya seolah-olah mau rubuh tuh bajaj-nya dan semua yang dibebannya..Hii...serem khan?.

Di resepsi itu bak reuni bagi saya, bertemu satu per satu wajah yang sudah hampir 2 tahun tidak lagi saya lihat seperti semasa kuliah di kampus dulu dengan diselingi obrolan ringan. Bahagia bercampur haru kala itu (Khayalku pun membumbung kelangit ke-7, bagaimana kalau saya nikah nanti yach?hee...ngarang niy-tapi harus bersyukur kalau kesempatan itu saya dapatkan di dunia ini). Layaknya endemik pun sudah tercipta dan virus2 telah tersebar ke keluarga besarku sampai keponakan pun tahu akan konsep “minimalis sosialis” ini, hee..(rahasia boo...!). Setelah sesi berfoto-foto ria dengan mempelai dan seluruh barudak hukum 2001, saya pun memohon diri pamit lebih dulu karena waktu sudah larut (Pk. 21. lebih ).

Ambil taxi, tidak/ambil/tidak...datanglah sang penyelamat transportasi massal itu. Lagi-lagi dia yang setia memenuhi kepuasanku sebagai backpaker amatiran, dan benar saja aku temukan hal yang tak terduga di perjalanan. Saat saya sibuk SMS ke adek angkatan di FH UNPAD (mengonfirmasi kedatangan saya di acara reuni akbar alumni UNPAD, hari ini 20 Januari 2008), tak dinyana ada sebuah tangan “menoel” bahu saya dan spontan saya menengok ke belakang. Dan muncul di bungkahan telapak tangan seorang laki2 ini, sebuah tasbih berwarna biru muda dengan manik-manik modernnya telah siap dialihkan dari kekuasaannya ke saya. Lagi-lagi, antara terima/tidak/terima...dalam kebingungan seribu tanya yang tak kumengeti sang pemilik terus saja meyakinkan saya untuk menerimanya dan saya hanya menatap kejadian itu dalam sejuta keheranan. “ambil saja mbak, saya sudah tidak pantas memilikinya lagi dan tolong nanti mbak cuci, mbak keramas tasbih itu” berkali-kali ini diucapkan dalam sosoknya di balutan jaket bertudung kepala sambil dibuka tudung kepalanya di antara raut muka seolah tak ada lagi sebinar cahaya kesetiaan sebagai seorang hamba Tuhan sambil merubuhkan kepalanya ke bangku bagian atas tempat duduknya. Saya hanya saling pandang dan membisu dengan seorang perempuan yang duduk di samping saya dan meneruskan ketikan di SMS yang akan saya kirim setelah memasukkan tasbih ke kantong tas saya.

Satu di antara sejuta lukisan yang ingin kuraih dalam sketsa kehidupan ini meski kini masih dalam bentuk mozaic-mozaic kecil. Hal yang tak akan kutemui manakala saya di kampung (jarang skali transportasi massal menjadi pilihanku, ketergantungan pada fasilitas dan keluarga sangat mendominasi saya menjadi indivudi sendiri jauh dari segala jiwa “kerakyatan” dalam segala keterbatasan yang ada dengan diwakili hampir 50 % lebih penduduk negeri ini). Sampai di menteng pun masih disambut berjuta kesan, tegur sapa dan senyum para kolega (mulai dari pedagang martabak langganan di cut mutiah-“koq pulang malam mbak, dari kantor?”, atau Pasutri penjual voucher langganan juga, yang sang isteri sering ketemu saya di musim Ramadhan, saat sholat di mushola dekat kost-an, “pulang malam mbak?”, “iya, mari pak”, dan gadis usia 20-an, penjual nasi “Warteg” pun langganan, dengan komentarnya dilatar belakangin frekuensi hampir tiap hari ketemu saya-suatu waktu gadis ini bercerita ke saya bagaimana dulu dia pernah pakai jilbab sampai dia melepas jilbabnya, atau sangat antusias kalau saya beli nasi membawa buku bacaan yang berganti-ganti dan selalu bertanya, sampai saya menawarkan meminjaminya? Pun tertegun di pertemuan malam itu, “ Gini donk mbak, cantik dan tampak langsing” .Haaa...(padahal biasa saja), dia memank sangat polos, saya pun hanya menungging senyum sambil menawarkan martabak di tangan.

Hal yang terfikir di perjalanan adalah menemui suami kedua, untuk berbagi semua percikan-percikan sari kehidupan seharian, hari ini. Namun, penatnya tubuh sudah tak mampu lagi kusangga dalam keharusan tegaknya tugas-tugas tulang rusuk penyangganya. Roboh bersama mimpi di sebuah kesunyian damai kepulauan kapuk tidurku.

Waktu sebelum subuh menjelang telah mampu kutegakkan untuk mengais kasih keMahabesaran Sang Pencipta kehidupan ini, hingga anugerah semua yang ada kini mampu ketorehkan lagi di sederhananya rumah maya mungilku jua bersama kesetiaan suami keduaku ini. Semoga bisa menggugah diri ini khususnya untuk menatap dunia dengan lebih “cerdas” lagi. Mengenai nasib tasbih pemberian itu, masih tergeletak di sudut kamar ini, jika ada yang berminat saya akan menghadiahkan untuk anda dari seorang pengembara di bus yang saya pun tidak mengenalnya- smg ini bukan sebuah keputusasaan dari sang pemberi dalam perjuangan di kancah kehidupan ini dengan segudang asumsi di pikiran saya, anda tentang apa yang terjadi atau motif di balik pemberian ini-.

Catatan akhir :
Ø Buat Gilang dan Bianda, selamat menjalani kehidupan rumah tangga.
Ø Teh dita yang telah mengejawantah, layaknya kakak bagi saya, masih sempat khawatir akan keadaan saya di malam itu, sehingga masih menyempatkan kontak saya, sebelum akhirnya saya terlena dalam keseriusan SMS saya dan peristiwa kasih tasbih itu terjadi.
Ø Malam ini juga akan dijelang kehidupan baru, dari satu lagi sahabat di Kuliah, Purry dan Suami, nanti malam di Bidakara, semoga bisa sampai disana dengan baik-baik saja...hee..


Wallahu’alam Bishowab


Thursday, January 10, 2008

"Tak" kabar kabari

Indah Ukhuwah di Tahun Baru 1 Muharram 1429 H

Perasaan mengharu biru jelang pergantian tahun baru hijriah rasanya membawa angin segar tersendiri di sela-sela hawa Jakarta yang mulai panas efect Global Warning dengan penampakan acak cuaca, kadang panas, mendung atau bahkan tiba-tiba Hujan tanpa memberi jeda kesempatan barang sedikitpun orang bisa mendapatkan tempat berteduh dari guyuran hujan.

Kondisi ini begitu sahdu tak terperi dalam rengkuhan waktu yang begitu bersahabat dalam indahnya jalinan ukhuwah dari mu duhai sahabat. Pun dalam setiap interaksi kita yang lalu begitu banyak tercipta “dalam sikapku ada beribu kata dan tatap mata yang tak bersahabat...Sungguh tak terbesit sehelai pun niat utk tdk bersahabat denganmu kawan...Smg di hari esok kita dapat melangkah dalam pesona kemilau Tahun Baru Hijriah yang dinanti menuju kegemilangan hakiki...Happy New Year, 1 Muharram 1429 H...^_~..," dengan azzam (niat yang kuat) bersama melangkah dalam kefitrihan/kebeningan nilai dan perbaruhan tata kelola rencana-rencana yang akan dijelang. Terimakasih di sela-sela sempitnya waktu yang kau punya, masih ada terbesit ingatmu akan hadirku untuk seuntai do’a yang kau persembahkan untuk kesuburan persahabatan/ukhuwah kita dalam dekapan Ridlo-Nya. Kabar yang masuk di inbox HP saya dan begitu indah memori itu kubiarkan tersimpan di sudut kenangan ruangan maya ku ini dan semoga pendaran cahayanya menjangkau luas dan bermanfaat :

Dari :
# Dini (Sahabat FH 2001) #
“Happy..happy Islamic New Year 1429 H. Smoga slalu dberi kbahagiaan akhirat+dunia. Amin.”

#Teh Helza#
“Semoga rahmat Allah akan senantiasa tercurah kepada kita semua dan kita akan selalu berada di jalanNya. Selamat tahun baru 1429 H”
(
Rekan kerja dosen dulu di Bdg sekaligus sahabatku ini, terimakasih atas semua kenanganya. Di-replay, “Amien..dlm sjuta harap di lautan kmilau hr yg dinanti tuk gapai cita kmuliaan hakiki..kurangkai do’a dlm cinta utkmu teman..Happy New year, 1 Muharram 1429 H ^_~”)

#Eva (rubrik info niy)#
“Asslmlykm, stelah trtumpuk sgala kbimbangan, ats perkenan&petnjukNya, yakin kami berniat tuk mengakhri kekosongan dlm hati&agama kami...mhn do’a restu, pd akad nikah kami Eva Khoerizqiah & Rusli Halim Fadli, jum’at 11 Januari 08M/02 Muharram 1429 H pkl 14.00...Trmkash (Eva&Rusli)”
(
akhirnya..Baarakallahu laka wa baaraka ‘alaika wajama’abainakuma fii khoir. Di bdg euy maklum masih harus tunduk aturan kantor dan besok ada acara juga. Ku-reply-lah :”Dlm sempitnya ruang&wkt yg kupunya..tersedia lautan dlm lapangnya hati utkmu shbat...assakinah mawaddah warahmah ad da’wah..nan slalu menyinari syurgamu.Af1 jiddan tdk bisa dtg.”)

#Sapa??# (Partner in Crime, masa SMU. Setelah menyelesaikan kuliahnya di UNS Jur. Fisika, sekarang mendampingi suami di Timika-Freeport company)
“SELAMAT TAHUN BARU 1429 H, semoga kita termasuk golongan orang2 yg berhijrah. Hijrah dr kekufuran nikmat mjd syukur nikmat, Hijrah dr kefasikan mjd ahlu ibadah, Hijrah dr kemiskinan hati kpd kelapangan qolbu. Amin”
(
Hmm...Ku-reply pastinya :” Amien..dlm sjuta harap di lautan kmilau hr yg dinanti tuk gapai cita kmuliaan hakiki..kurangkai do’a dlm cinta utkmu teman..Happy New year, 1 Muharram 1429 H. Sapa? ^_~”)
#Sapa??#
“waduh lupa ngasih kbr ya?Aq rizka, saudarimu yg jauh di ufuk timika”
(Hee...ku-reply:”Ass..iya niy..gnti no. Ga woro2..he2..kaifahaluk..piye kbre..?dah ada bakal momongan blm niy..ayolah ammahnya diksh dedek..^_~..smp kpn disana?ngajinya gmn?he2..”)

#Anatomim# (
Pegawai KPK dan sedang menyelesaikan studinya di Perancis. Yang membantu data dalam penyelesaian skripsi dan maaf salinanan yang diminta blm bisa diberi masih di kampung. Nanti insyaalloh kalo sudah ada saya antar ke KPK)
“anatomim: ya, udah. selamat tahun baru juga. Semoga lebih berkah untuk kita dan menjadi tahun yang lebih bisa mendekatkan diri pada Allah SWT. Meski tidak ada kabar di sana” (via YM )

# Ari Wibowo)# (
Bapak lulusan UI satu ini lebih dikenal dizamannya dengan sebutan Arbow. Sang motivator dan makasih atas bantuannya di awal kepindahan ke Jkt utk hal satu itu serta pelajaran2nya hingga detik ini)
“arie wibowo: Kenyataan hari ini adalah mimpi kemarin
Mimpi hari ini adalah kenyataan esok hari
Bermimpilah…….!
Niscaya ALLAH akan mendekap mimpi-mimpi kita…….
Hari kemarin tinggal kenangan,
Hari ini kenyataan yang kita jalani
Hari esok adalah janji ALLAH yang di tepati seperti fajar di pagi hari
Selamat Tahun Baru 1429 H
NEW YEAR, NEW HOPE, NEW SUCCESS” (via YM)

#Yudhi A#” (sahabat SMU niy..)
“Yudhi Ariyanto Arian: sampe gak sadar kalo bsk jg taun baru
Yudhi Ariyanto Arian: happy new year jg ya nur” (via YM)

#Erni R#
“Musim silih berganti, bunga yang merekah pun pada akhirnya kan layu..tapi wangi yang ditinggalkannya kan membekas di hati yang mengagumi..Semoga wangi di masa lalu kan jadi harapan dan spirit di masa yang akan datang. SELAMAT TAHUN BARU HIJRIYAH..”

Makasih buat semua (teman2 PERADI, teman2 Barudak FH UNPAD dengan rupa2 yang dikirim dimilist, sangat informatif plus joke2-nya dan teman2 dunia maya yang tdk bisa disebut satu persatu) atas jalinan indahnya persahabatan yang diberi serta reuni-an yang terkesan meski hanya berempat (eh jadi berlima tambahan mas-nya Bu Yunce). Reunian kami ber-4 (Saya, Yuni (Yunce), Fenty (Pepen, eh dah jadi Hj. Fenty), dan Prita), gank akhwat FE hanya saya sendiri FH, tapi persahabatan di kampus UNPAD DU rasanya FE dan FH jadi anak kembar siam..hehe). Buat Teh Lies yang turut hadir jiwanya di reunian meski hanya lewat telp, mengingat dalam minggu2 ini sedang menanti kehadiran buah hatinya yang pertama, semoga diberi kemudahan (smg tidak sampai harus di induksi yach teh...Do’a kami selalu hadir untukmu) dan Bu Yuni yang dalam penantian kelahiran buah hati pertamanya juga. Makasih ole2-nya dari Hj. Fenty yang baru pulang menunaikan Rukun Islam ke-5, mendengar ceritanya, rasa di hati ini kepingin menangis untuk bisa juga berkunjung ke tempat2 yang begitu akrab dengan perjuangan rosul mulia. Madinah diwakili Masjid Nabawi, makam rosul pun begitu tampak dekat, Gunung Uhud, Gunung Tsur, makam para sahabat yang sahid di perang uhud....Hix2..Rindu kami ya Rosulullah.

N.B : Info lewat buat
1) Ukhti Lita dan Suami-KAMMIers, sudah lewat tanggal/daluwarsa infonya..hee, af1 jiddan juga satu dan byk hal tdk bisa datang...
2) Indra Susmanto dan Yuyun à sudah lewat tanggal/daluwarsa infonya..hee, af1 jiddan juga satu dan byk hal tdk bisa datang...Palembang euy..^_^
3) Bayu dan Hanifah – KEMAers UNPAD , Pernikahannya dilaksanakan di aula masjid raya Al-Mijahidin, Jl. Sancang No.6 Lodaya-Bandung. Sabtu, 19 Jan 2008. Pk.08-10 (akad) dan pk.10-14 (resepsi)
4) Wulan dan Suami, atas pernikahan indahnya (dr kabar di milist)

5) Gilang Hermawan, S.H. dan Bianda Avissa, S.H., Tgl 19 Januari 2008

Tak lupa do’a saya untuk mu sahabat : “Baarakallahu laka wa baaraka ‘alaika wajama’abainakuma fii khoir” (Semoga Allah memberikan keberkahan kepadamu, dan keberkahan atas kamu, dan mengumpulkan kamu berdua dalam kebaikan).

Makasih kenangannya kembali hadir di lamanya rentang waktu yang memisahkan kita di kehidupan kini...LuV U coz Alloh...^_~



Monday, January 7, 2008

Anda Penggemar Parodi Politik ala “Indonesia”?

Bisa jadi minggu kemarin, 06 Januari 2008 itu adalah kali terakhir sampai dengan batas waktu yang belum ditentukan, tayangan “khas” dan “uniq” itu dapat saya nikmati. Mengapa? Pasti anda dan saya akan bertanya-tanya, sebagaimana saya pun telah membuncah keingintahuan tentang itu.

Anda semua tentu sudah familiar dengan tayangan parodi politik ala Indonesia satu ini, yang dapat kita saksikan jam tayangnya setiap hari minggu tepat Pk. 20.00 WIB di salah satu stasion televisi swasta di negeri ini. Bersiaplah anda, dan juga saya tidak akan menikmatinya lagi sampai kurun waktu yang belum ditentukan. Usut demi usut dari informasi yang disampaikan di sepanjang tayangan terakhir kala itu, dikarenakan orang “no.2” yang menjabat sebagai Wapres tersandung tuduhan kasus Pidana (penipuan dan penggelapan). Dan sebagai bentuk solidaritas sesama pelaku di tayangan tersebut, akhirnyalah tayangan ini akan dihentikan. Lunglai? Saya serasa kehilangan salah satu dunia hiburan saya selama ini.

Sampai saat ini saya belum menemukan tayangan edukatif lain selain satu ini yang cukup merangsang kepekaan saya dalam kehidupan ala pemerintahan sentris (sarat kebijakan, politik dan rupa-rupa dari kepemimpinan sebuah negara). Saya dapat berfantastic ria dalam frame idialnya sebuah negara demokrasi yang menjunjung sebuah kebebasan berpendapat. Bagaimana sebuah kritikan santun ala tayangan ini dikemukakan dengan khas sajian parodi yang cukup mengena sasaran saraf otak-otak kita. Tak berbelit, sederhana dan tentu sarat edukatif. Bisa dikatakan saya sangat keranjingan dengan tayangan seperti ini, dengan kadar yang masih normal dalam takaran kewajaran dan kesederhanaan pola pikir saya sebagai rakyat di sebuah negara yang terbesar kelima tingkat korupsinya di dunia ini.

Saya, anda yang mengikuti latar belakang kasusnya sampai penetapan tokoh “Wapres” di acara tersebut sebagai tersangka kasus penipuan dan penggelapan, akan banyak menggelayut sebuah teka-teki besar warisan abad Orde Baru tentang pola-pola pengngebirian sebuah kebebasan berpendapat di muka umum. Pola gerak yang terstruktur dan halus tak berbentuk cukup mencitrakan sebuah ketidakwajaran demokratisasi di negeri ini. Ring 1, ring 2 akan menjadi sasaran bidikan sniper yang siap menjalankan tugas tuannya. Tanpa banyak membuat sebuah kebiasan komunikasi dalam penyajian tulisan ini, saya hanya berharap masih ada secercah cahaya harapan baru dalam merentas jalan reformasi yang belum jua sampai selesai di batas garis finish.

Sudah menyiapkan setunpuk buku bacaaan pengganti mengisi kekosongan kekuasaan ala parodi tayangan ini??? ^_~

Tuesday, January 1, 2008

Tradisi Jelang Tahun Baru ala Indonesia..^_~

Sudah menjadi hal wajib sepertinya ketika detak jarum jam mulai bergerak dari Pk.23.59.59, tertanggal 31 desember 2007 berganti Pk.00.00.00, tertanggal 01 Januari 2008 dengan semarak kembang api atau bentuk apresiasi lain menandai terjadinya pergantian waktu. Apakah iya harus dilakukan seperti itu??? ^_~

Melihat reportase di beberapa stasion televisi hari ini, selasa 01 Januari 2008 begitu maraknya manusia di jagad bumi ini menyambut detik-detik datangnya pergantian waktu. Seperti di Korea, dengan pemukulan gong di beberapa kuil sebagai tanda pergantian waktu, di Jepang tak kalah religi, dikuil-kuil di lakukan pemukulan lonceng sebanyak 108 kali, sebagai lambang banyaknya dosa dan nafsu manusia, sehingga dengan dilakukan pemukulan sebanyak itu satu persatu dosa manusia terampuni, di Hongkong tak kalah semaraknya dari gedung-gedung pencakar langit berhamburan kembang api dengan kilauan pesona percikan apinya, dan tentu tak mau ketinggalan melewatkan momentum detik-detik pergantian tahun itu adalah Indonesia yang diwakili bertempat di Monumen Nasional (MONAS) Jakarta Pusat.

Masih di kalender tanggal 31 Desember 2007, kira-kira Pk.19.00 wibb, tepat saat saya melangkahkan kaki keluar dari area gedung Bimantara, saya seperti terjebak dalam lautan manusia yang berbondong-bondong menuju ke arah yang sama, yach...mind- saya langsung tertuju ke area yang lokasinya tak jauh dari kost atau pun tempat kerja saya, kira-kira hanya ditempuh 5-10 menit jalan menuju tempat yang akan menjadi sejarah pergantian tahun di Indonesia, MONAS. Baru sadar, ternyata saya saat itu telah berjalan melawan arah dengan lautan manusia, tua-muda, remaja-anak2 dengan ritme arah yang seritme, sehingga berkali-kali saya harus berhenti layaknya tikus terperangkap dalam jebakan sang majikan, karena begitu luar biasanya jumlah manusia di Jakarta ini tumpah ruah di tempat yang sama dalam waktu yang sama. Saya perkirakan tak ketinggalan warga di luar lingkaran Jakarta, seperti Depok, Bekasi, Bogor juga mungkin tak mau ketinggalan turut menyemarakkan pergantian waktu itu yang terlihat dari begitu banyaknya penumpang keluar dari stasion Gondangdia (kebetulan dekat juga dengan kost dan kantor), ini sama artinya dengan menambah volume manusia Jakarta yang sudah begitu luar biasa besar jumlahnya memenuhi lapangan MONAS.
Wow...Wonderful..^­_~

Kali pertama pengalaman pergantian waktu ini saya lewati di epicentrum segala rupa-rupa manusia yang disebut Indonesia tumpah, Jakarta tentunya. nattoku ikanai (=Nalarku tidak jalan). Sungguh energi macam apakah yang mampu menggerakkan manusia-manusia itu? Dengan segala pengorbanan dan resiko terburuk yang tak mudah untuk diprediksi bakalan menimpa pun mampu mengalahkan keurungan niat untuk tidak datang dan cukup memantau dari televisi? Sungguh luar biasa !!(dalam hal ini tafsiran saya serahkan ke masing-masing dari anda sekalian).

Masih dari reportase yang sama saya mendengar dari perhelatan akbar di MONAS itu, ada beberapa pingsan sebagai korban akibat sesaknya manusia di sana, belum lagi sampah-sampah yang terlupa atau sengaja ditinggalkan berserakan di mana-mana yang jumlahnya hampir 73.000 meter kubik (Catt. Biasanya sampah di area MONAS berkisar 10.000 meter kubik/hari) yang menambah daftar kekumuhan pengelolaan event seakbar itu. Dalam analisa SWOT sebuah pagelaran yang diprediksi bakalan mengundang minat massa dalam jumlah besar, harusnya hal-hal seperti itu sudah diantisipasi. Dalam hal ini saya tidak mengerti betul, siapa penanggung jawab event itu dan hal bagaimana pengelolaan event massal seperti itu dapat berjalan dengan baik begitu juga sesudahnya. Terlepas siapa penanggung jawabnya, memang peran cerdas dari audiens juga dituntut untuk mendukung suksesnya acara berjalan dengan aman dan tertib. Namun lagi-lagi, kita akan dihadapkan pada kebuntuan dalam memapingkan audiens yang mana yang memiliki kecerdasan sedemikian dahsyat sehingga sampai berfikir sejauh itu. Dan bisa jadi karena event ini dikemas nuansa ala rakyat (alias Gratis) mungkin hal-hal yang menyangkut keselamatan, keamanan dan ketertiban menjadi prioritas ujung terbawah. Oh Indonesia...Indonesia...!

Fenomena hiruk-pikuk dalam euforia event-event yang bernuansa ”happy fun/hiburan” di negeri ini masih juga tak berubah dan tak pernah berkaca pada sejarah kelabu yang terjadi sebelumnya, terulang dan seringkali terulang lagi. Mungkin kalau diibaratkan anak-anak, semakin dia melakukan berulang kali dia semakin tertawa puas (dalam konteks kedewaaan berfikir kalau itu dilakukan orang dewasa adalah sebuah ketololan, maaf!). Bagaimana kabar-kabar beberapa orang pingsan atau bahkan meninggal karena terinjak-injak atau kekurangan oksigen di pagelaran-pagelaran hiburan band di negeri ini. Jarang event-event di negeri ini dikemas dalam nuansa edukatif, pencerdasan yang bisa membantu keterpurukan citra bangsa ini dari kesan mayoritas pintar (mungkin saya salah satu korbannya yang masih terasa jauh dari kesan pintar, karena suguhan-suguhan di hampir televisi negeri ini jarang yang ada misi edukatif, semua hampir tontonan bernuansa komersialisasi demi keuntungan bisnis semata).

Sementara dalam waktu yang sama, di tempat lain yang jauh dari daerah saya di menteng, di TMII ada digelar acara bernuansa religi menyambut pergantian tahun. Banyak tokoh yang di hadirkan mengisi di acara tersebut, seperti Din Syamsudin, Arifin Ilham, Hidayat Nur Wahid, dan masih banyak tokoh-tokoh lain. Dengan kadar publikasi iklan di televisi yang tak kalah dengan acara di MONAS, ternyata acara di TMII kalah pamor di penonton tanah air ini. Tak ada satu pun pemberitaan reportase kegiatan di TMII. Saya, anda dan kita semua tentu sudah bisa menebak arah pembicaraan saya ke mana. Sudah bisa membuat sebuah perkiraan seperti apa gaya hidup masyarakat negeri ini. Begitulah rupa-rupa warga negeri republik ini melihat, memandang, menyikapi sebuah event apakah akan menjadi hiburan semata hanya untuk kepuasan asal membuat seneng dan hanya sekedar ajang melewatkan waktu pergantian dengan hura-hura asal terhibur diri atau sebagai pilihan hiburan itu akan membawanya larut dalam sebuah pemaknaan dari bagian mozaik kehidupan ini (selain hiburan juga tentunya ada makna yang didapat dari event itu) yang jauh dari kesan hanya sekedar hura-hura saja.

Tidak ada yang salah dalam setiap pilihan. Sudah terlalu banyak tersedia pilihan yang ada di sekitar kita, sekarang bolanya ada di setiap penentu pilihan itu, kita. Hanya saja saya melihat, belum adanya sebuah sistem keserempakan yang mendukung terciptanya sebuah kebaikan kolektif, ketertiban kolektif atau pun kecerdasan kolektif jika akhirnya semua dikembalikan ke masing-masing penentu pilihan. Nanti ujung-ujungnya yang akan terjadi adalah polarisari kelompok yang baik makin baik dengan komunitasnya sementara kelompok yang menganggap dirinya tidak baik atau memang terjebak dalam komunitas tidak baik juga akan semakin puas dengan keadaan yang ada. Jadi, kapan ketemunya dua unsur itu kalau masih sendiri-sendiri. sudah saatnya semua unsur itu harus diketemukan dalam banyak hal, termasuk dalam hal penyuguhan event-event. Jika masing-masing yang punya power masih asyik dengan kalkulasi-kalkulasi untung rugi dari segi ekonomi sempit, kapan majunya negeri ini??? Sungguh paradoksnya negeri ku tercinta ini. Sebuah persembahan di wajah kalendar pertama 2008. Bersama itu lebih indah...^_~

Saya sendiri, malam pergantian tahun asyik nongkrongin Naga Bonar 2 di salah satu televisi swasta, sambil membaca buku Ketika Cinta Bertasbih 2. Hanya bertahan sampai kira-kira Pk.22.30 keduanya asyik membiusku dalam nuansa jelang pergantian waktu...meski akhirnya keduanya harus rela dicampakkan tanpa dihiraukan tuannya. Keasyikan buaian dan hembusan lembut dayang-dayang di plesiran pulau kapuk, ternyata lebih melenakan sang tuan menikmati indah mimpi-mimpinya...^_~
Semangat baru...Harapan baru!

Wallahu alam bi showab!