Sunday, March 23, 2008

Emank gimana sich...^^

Sindrom AAC (ayat-ayat cinta) mewabah disegala level usia. Tidak memandang muda-tua (eh maaf, mgkn lebih enakan saya sebut yunior maupun senior), bahkan mungkin anak-anak karena orang disekitarnya menggandrungi sindrom ini. Saya tidak akan mengulas tentang AAC, namun dari AAC ini, seorang kawan meminta saya untuk membuat sebuah tulisan dari perspektif saya tentang sosok fahri dikaitkan dengan sosok “ikhwan”secara lebih spesifik (jgn karena orang bilang saya “akhwat”, justru dalam hal ini saya merasa saya tidak punya kompetensi untuk membuat tulisan seperti apa yang dimintakan teman saya).

Setelah menerima request itu, saya mencoba meminta bahan dari seorang teman “ikhwan”, tapi tidak direspon (maaf, saya mungkin yang ada-ada saja permintaannya). It’s OK. Baru hari ini saya mendapatkan beberapa bahan yang saya anggap relevan dan semoga akan menjawab apa yang dimintakan teman saya itu.

Kisah 1
(Saya ambil dari cerita kawan di MP-nya, maaf blm ijin...gpp kan?), berikut penggalan dr tulisan kawan saya :
Nama sang Doktor adalah DR. Hamid Chebli. Gelar doktornya diperoleh pd th 2002, jadi sekitar umur 26 th. Meskipun dia asli ber-citizen Prancis (lahir di paris, sekolah di paris, kawin di paris, ngomongnya prancis, etc) dan nggak bisa bahasa arab, namun ia sangat teguh memegang hal-hal yg namanya sunnah. Jenggot panjang sekali, celana selalu di atas mata kaki, solat selalu memakai gamis dan nggak pernah bercelana panjang kecuali terpaksa, bahkan solat pun hampir nggak pernah telat berjamaah di masjid meskipun tinggal di paris. Pernah satu kali terlambat, imamnya baru saja salam, dan dia bilang "astaghfirullah" entah berapa kali. Saya, yg sejak kecil hidup di negri Islam, telat (bahkan nelat) solat jamaah di masjid bolak balik lha kok santai2 saja. Benar2 kurang iman saya ini.(ini pernyataan pribadi teman saya yg punya MP, hii…justru yg jujur gini kadang lebih “getol” jamaahnya dari kita2 niy).

Sang doctor ini sudah muak dg kehidupan di paris, terutama akhir2 ini yg sangat offensive terhadap muslim. Masjid di Antony yg saya dan Hamid biasa solat, ditutup paksa oleh polisi Prancis yg selalu menggemakan "Liberte, Egalite, Fraternite" (Kebebasan, Persamaan, dan Persaudaraan).

Dulu, sang doctor pernah coba menjadi dosen di Sharjah University. Tetapi, memang dasar orang arab, bukannya diterima baik2baik malah ditolak. DR. Hamid bilang ke pihak dekan, "Pak, saya warga negara Prancis dan punya PhD dari ONERA. Saya ingin menjadi dosen di sini." Si dekan bilang, "Kamu sudah apply online". DR.Hamid bilang, "Sudah". Dekan berkata, "OK, ya sudah. Oh ya apa kamu bisa ETABS, SAFE, SAP200, etc". DR.Hamid pun terdiam. Tentu saja dia nggak bisa. Software2 amerika tsb sangat asing di telinga Hamid yg asli Prancis. Lagian, kerjaan Hamid bukanlah operator software tsb, tetapi lebih menjurus ke FEM (finite element method, BEM (boundary element method), Dynamic Analysis, Vibration analysis, computational mechanics yg didalamanya penuh dengan perhitungan tensor, vektor, stochastic, dan rumus2 njlimet yg lain, etc.Lagian, kalo cuman SAP2000, SAFE, ETABS, anak ITS juga banyak yg bisa. Nggak usah pakai PhD segala. Software2 tsb semacam Microsoft Word yg user-friendly dan siap pakai. Sedangkan kerjaan Hamid adalah membuat sotware2 tsb. Apalagi Prancis itu anti hal2 yg berbau amerika dan pantas saja dia nggak pernah tahu software2 amerika. Saya pernah lihat dia membuat model FEM utk gedung 60 lantai dg Matlab. Rumusnya yg sepanjang 3 papan tulis dibuat sendiri di Matlab. Ngitung tunnel, juga mbuat software sendiri. Ngitung analisa getaran utk rel kereta api (supertrack) juga dimodelkan dg software buatan sendiri. Semua rumusnya mbuat sendiri.


Kisah 2
(saya ambil dari diskus dengan seorang teman yg lagi belajar di negara pemegang nobel perdamaian)
Setelah awalnya bertukar pikiran ttg AAC, beliau tidak tertarik dengan tema AAC namun dari percakapan kita, yang ditekankan “orang Islam jangan "kuper", ngajinya jangan cuma materi tarbawi liqa an saja, banyak2 baca buku, biar wawasannya tambah luas. Saat itu saya disuguhi tokoh yang harus saya search tanyakan ke om google yaitu Maulana Syekh Muhammad Hisham Kabbani al-Haqqani ar-Rabbani q.s. Sosok syekh yang berjenggot sangat panjang, seraya saya berkata ke teman saya, “wah jenggotnya panjang skalie yach..heee”. Beliau menjawab, “Saya nggak pelihara jenggot dan nggak suka ber'isbal ria...”. Kalau prestasi orang Islam atau identitas keislaman hanya diukur dengan jenggot dan "angkat celana tinggi2", itu namanya "mereduksi" nilai2 Islam. Silakan pelihara jenggot dan angkat celana tinggi2 (kalau memang berpandangan itu bagian dari hal yang prinsip dalam Islam), tapi jangan hanya puas dengan itu...Begitu juga, jangan cuma bangga dengan identitas keislaman dengan hijab atau jilbab (lebar dan panjang) saja... KARENA YANG PALING PENTING DARI IDENTITAS KEISLAMAN SESEORANG ITU SEBENARNYA ADALAH ETOS KEILMUAN (YANG TENTU SAJA DIAMALKAN).

So...sosok fahri dikaitkan dengan sosok “ikhwan” itu harus spt apa..??Hhm...dua kawan saya di atas cocok juga disebut Fahri..He2. Saya juga tdk tahu...tanya saja langsung kekaum-nya...Hii, krn saya bukan kaum-nya, kaum saya kaum hawa, bukan kaum adam...meski kita sodaraan...^_^ {saya belum siap digugat kaum adam, krn saya dikira secara sepihak seolah-olah mewakili kaum adam, padahal memang tidak cukup mumpuni dianggap sbg perwakilan kaum adam}

Wallahu’alam bishowab.

4 comments:

Amrie Hakim said...

film "ayat2 cinta" saat ini begitu "booming"-nya, sampe-sampe saya hampir malu krn termasuk orang yang belum nonton (wapres aja nonton gitu loch) dan belum baca bukunya (istri saya aja udah baca gitu loch)..

bagaimanapun, saya melihat tokoh fahri, laki-laki setengah malaikat, adalah karakter yg menarik. secara substansi fahri adalah "ikhwan", meski secara "bungkus" fahri mungkin bukan sosok ikhwan yg berjenggot dan bercelana cingkrang. di beberapa milis, penggambaran tokoh fahri yg demikian mendapat pujian sbg wajah islam yg inklusif.

akhirnya, mari jadikan kecantikan kita, ketampanan kita, kecerdasan kita sebagai modal utk berbuat lbh banyak kebajikan ke sebanyak mungkin orang.

Anonymous said...

Susah cari sosok ikhwan seperti Fahri skrg ini. Tapi meski susah....semoga masih ada yg seperti dia.

Btw, aku blom nonton AAC. Dan gak menggebu2 banget untuk nonton..kecuali Nur ngajak :)

noerce said...

# Mas Amrie#
Trimakasih atas requestnya meski "sdikit" memaksa saya utk menulis ini.He2...Smg bisa melihat secara lebih luas dalam mengimplementasikan nilai2 islam itu sendiri scr utuh pd diri kita..Gambatte Ne!^^

#Mbak Hanum#
Makasih udah berkunjung lagi kesini.Betul...susah, mgkn dlm populasi per 1000, satu aza ada tdk yach?he2..habisnya terlalu perfect jg mbak sosok dalam novel itu.
Wah..klo kitu Qta nonton bareng2 aza di Madiun, pas pulang kampung.Tp, ada ndak yach bioskop?hee..^_^

Anonymous said...

Hello. This post is likeable, and your blog is very interesting, congratulations :-). I will add in my blogroll =). If possible gives a last there on my blog, it is about the Computador, I hope you enjoy. The address is http://computador-brasil.blogspot.com. A hug.