Wednesday, September 26, 2007

Rabb ….. Mengapa Bundaku Menangis

Seorang anak kecil Bertanya pada Rabb-nya
“Rabb mengapa bundaku menangis?”
Rabb-nya menjawab “Karena Bundamu seorang wanita"

Aku menciptakan wanita sebagai makhluk yang istimewa
Aku kuatkan bahunya untuk menyangga dunia
Aku lembutkan hatinya untuk memberikan rasa aman
Aku kuatkan rahimnya untuk melahirkan benih manusia
Dan Aku tabahkan pribadinya untuk terus berjuang saat orang lain menyerah

Aku beri dia rasa sensitif untuk mencintai putra – putrinya
Aku tanamkan rasa sayang yang akan meninabobokan anaknya
Dan berbagi cerita dengan putra – putrinya yang beranjak dewasa

Aku beri dia kekuatan memikul beban keluarga tanpa mengeluh
Aku kuatkan batinnya untuk tetap menyayangi meski disakiti oleh putra – putrinya sekalipun

Aku beri dia keindahan untuk melindungi batin suaminya
Aku beri dia kebijaksanaan untuk mengerti bahwa suami yang baik tak akan pernah memyakitinya
Tapi kadang itu hanya ujian apakah dia wanita setia

Bundamu makhluk yang sangat kuat
Jika kau lihat Bunda menangis
Karna Aku beri dia air mata yang bisa dia gunakan
Untuk membasuh luka batinnya dan memberikan kekuatan baru…”

Teriring do'a2 ku untuk ibu Slalu...
Articel of rumahzakat.org

Tuesday, September 25, 2007

Ayah Itu Menakjubkan…!

Ayah ingin anak-anaknya punya lebih banyak kesempatan daripada dirinya,
menghadapi lebih sedikit kesulitan,
lebih tidak tergantung padasiapapun - dan (tapi) selalu membutuhkan kehadirannya.

Ayah hanya menyuruhmu mengerjakan pekerjaan yang kamu sukai.
Ayah membiarkan kamu menang dalam permainan ketika kamu masih kecil,tapi dia tidak ingin kamu membiarkannya menang ketika kamu sudah besar.
Ayah tidak ada di album foto keluarga, karena dia yang selalu memotret.
Ayah selalu tepat janji!

Dia akan memegang janjinya untuk membantu seorang teman, meskipunajakanmu untuk pergi memancing sebenarnya lebih menyenangkan.
Ayah akan tetap memasang kereta api listrik mainanmu selamabertahun-tahun, meskipun kamu telah bosan, karena ia tetap ingin kamumain kereta api itu.

Ayah selalu sedikit sedih ketika melihat anak-anaknya pergi bermain dengan teman-teman mereka.
karena dia sadar itu adalah akhir masa kecilmereka.
Ayah mulai merencanakan hidupmu ketika tahu bahwa ibumu hamil(mengandungmu) , tapi begitu kamu lahir, ia mulai membuat revisi.
Ayah membantu membuat impianmu jadi kenyataan bahkan diapun bisameyakinkanmu untuk melakukan hal-hal yang mustahil, seperti mengapung di atas air setelah ia melepaskanya.

Ayah mungkin tidak tahu jawaban segala sesuatu, tapi ia membantu kamumencarinya.
Ayah mungkin tampak galak di matamu, tetapi di mata teman-temanmu diatampak lucu dan menyayangi.
Ayah sulit menghadapi rambutnya yang mulai menipis....jadi diamenyalahkan tukang cukurnya menggunting terlalu banyak di puncak kepala*_~

Ayah akan selalu memelihara janggut lebatnya, meski telah memutih, agarkau bisa "melihat" para malaikat bergelantungan di sana dan agar kau selalu bisa mengenalinya.
Ayah selalu senang membantumu menyelesaikan PR, kecuali PR matematikaterbaru.

Ayah lambat mendapat teman, tapi dia bersahabat seumur hidup Ayah benar-benar senang membantu seseorang...tapi ia sukar meminta bantuan.
Ayah terlalu lama menunda untuk membawa mobil ke bengkel, karena ia merasa dapat memperbaiki sendiri segalanya.

Ayah di dapur. Membuat memasak seperti penjelajahan ilmiah.
Dia punya rumus-rumus dan formula racikannya sendiri, dan hanya dia sendiri yang mengerti bagaimana menyelesaikan persamaan-persamaan rumiti tu.
Dan hasilnya?... .mmmmhhh..."tidak terlalu mengecewakan" ^_~

Ayah akan sesumbar, bahwa dirinyalah satu- satunya dalam keluarga yang dapat memasak tumis kangkung rasa barbecue grill. *_~
Ayah mungkin tidak pernah menyentuh sapu ketika masih muda, tapi ia bisa belajar dengan cepat.

Ayah sangat senang kalau seluruh keluarga berkumpul untuk makan malam...walaupun harus makan dalam remangnya lilin karena lampu mati.
Ayah paling tahu bagaimana mendorong ayunan cukup tinggi untuk membuatmu senang tapi tidak takut.

Ayah akan memberimu tempat duduk terbaik dengan mengangkatmu dibahunya,ketika pawai lewat.
Ayah tidak akan memanjakanmu ketika kamu sakit, tapi ia tidak akan tidur semalaman. Siapa tahu kamu membutuhkannya.
menganggap orang itu harus berdiri sendiri, jadi dia tidak maumemberitahumu apa yang harus kamu lakukan, tapi ia akan menyatakan rasa tidak setujunya.
Ayah percaya orang harus tepat waktu. karena itu dia selalu lebih awal menunggumu di depan rumah dengan sepeda tuanya, untuk mengantarkanmu di hari pertama masuk sekolah.

AYAH ITU MURAH HATI.....
Ia akan melupakan apa yang ia inginkan, agar bisa memberikan apa butuhkan.....
Ia membiarkan orang-orangan sawahmu memakai sweater kesayangannya.....
Ia membelikanmu lollipop merk baru yang kamu inginkan, ia kalau kamu tidak suka.....
Ia menghentikan apa saja yang sedang dikerjakannya, kalau kamu inginbicara...
Ia selalu berfikir dan bekerja keras untuk membayar spp mu tiap semester, meskipun kamu tidak pernah membantunya menghitung berapa banyak kerutan di dahinya....

Bahkan dia akan senang hati mendengarkan nasehatmu untuk menghentikankebiasaan merokoknya.. ..
Ayah mengangkat beban berat dari bahumu dengan merengkuhkan tangannya disekeliling beban itu....
Ayah akan berkata ,, tanyakan saja pada ibumu"
Ketika ia ingin berkata ,,tidak"
Ayah tidak pernah marah, tetapi mukanya akan sangat merah padam ketika anak gadisnya menginap di rumah teman tanpa izin
Dan diapun hampir tidak pernah marah, kecuali ketika anak lelakinya kepregok menghisap rokok dikamar mandi.
Ayah mengatakan ,, tidak apa-apa mengambil sedikit resiko asal kamu sanggup kehilangan apa yang kamu harapkan"
Pujian terbaik bagi seorang ayah adalah ketika dia melihatmu melakukansesuatu persis seperti caranya....
Ayah lebih bangga pada prestasimu, daripada prestasinya sendiri....
Ayah hanya akan menyalamimu ketika pertama kali kamu pergi merantau meningalkan rumah, karena kalau dia sampai memeluk mungkin ia tidakakan pernah bisa melepaskannya.

Ayah mengira seratus adalah tip..
Seribu adalah uang saku..
Gaji pertamamu terlalu besar untuknya...
Ayah tidak suka meneteskan air mata ....
ketika kamu lahir dan dia mendengar kamu menangis untuk pertamakalinya,dia sangat senang sampai-sampai keluar air dari matanya (ssst..tapi sekali lagi ini bukan menangis)
ketika kamu masih kecil, ia bisa memelukmu untuk mengusir rasatakutmu...ketika kau mimpi akan dibunuh monster...tapi.....ternyata dia bisa menangis dan tidak bisa tidur sepanjang malam, ketika anak gadis kesayangannya di rantau tak memberi kabarselama hampir satu bulan.
Kalau tidak salah ayah pernah berkata :" kalau kau ingin mendapatkan pedang yang tajam dan berkwalitas tinggi, janganlah mencarinya dipasar apalagi tukang loak, tapi datang dan pesanlah langsung dari pandai besinya.
begitupun dengan cinta dan teman dalam hidupmu, jika kau ingin mendaptkan cinta sejatimu kelak, maka minta dan pesanlah pada Yang Menciptakannya"
Untuk masa depan anak lelakinya Ayah berpesan: ,,jadilah lebih kuat dantegar daripadaku, pilihlah ibu untuk anak-anakmu kelak wanita yanglebih baik dari ibumu , berikan yang lebih baik untuk menantu dancucu-cucuku, daripada apa yang yang telah ku beri padamu"
Dan Untuk masa depan anak gadisnya ayah berpesan :" jangan cengeng meski kau seorang wanita, jadilah selalu bidadari kecilku dan bidadari terbaik untuk ayah anak-anakmu kelak! laki-laki yang lebih bisa melindungimu melebihi perlindungan Ayah, tapi jangan pernah kaugantikan posisi Ayah di hatimu"
Ayah bersikeras,bahwa anak-anakmu kelak harus bersikap lebih baik dari padakamu dulu....

Ayah bisa membuatmu percaya diri...
karena ia percaya padamu...
Ayah tidak mencoba menjadi yang terbaik, tapi dia hanya mencobamelakukan yang terbaik....
Dan terpenting adalah..
.Ayah tidak pernah menghalangimu untuk mencintai Alloh, bahkan dia akanmembentangkan seribu jalan agar kau dapat menggapai cintaNya, karena diapun mencintaimu karena cintaNya.

Jazakallah bil jannah untuk setiap peluh yang kau teteskan, untuk setiap kerut dahimu yang tak sempat kuhitung, untuk setiap jaga sepanjang malam ketika aku sakit dan ketika kau merindukanku, untuk tumis kangkung paling lezat sedunia, untuk tempat duduk terbaik di bahumu yang begitu kekar ketika aku ingin melihat pawai, untuk tetes"air mata laki-laki "yang begitu mahal ketika kau khawatirkan aku,untuk kepercayaanmu padaku, meski seringkali ku hianati.
Takakan pernah bisa terbalas segalanya, kecuali dengan.......jazakallah bil jannah, " semoga Allah mengganti semuanyadengan syurga, semoga bisa kubayar dengan syurga yang Alloh beri,semoga........"Dan untuk semua yang sedang merindukan Ayah, ssssssssttt. ..! Tau gak siiiii? Ternyata ayah itu benar-benar MENAKJUBKAN

Ayah...kau telah ajarkan arti sebuah "cinta" & "kesetiaan"
meski belum jua baktiku padamu kutunaikan di saat2 terakhir itu...

Di ambil sempurna dari :milist...(sumber :..???)


Saturday, September 22, 2007

Pertengkaran Kecil

By. edCoustic

Sering bila kuingat pertengkaran itu
Membuat jarak diantara kita
Resah tiada menentu
Dengar canda tawamu
Tak ingin aku begini
Tak ingin begini

Sahabat
Rangkaian masa yg tlah terlewat
Buat batinku menangis
Mungkin karena egoku
Mungkin karena egomu
Maaf aku buat begini
Maaf aku begini

Reff :
Bila ingat kembali
Janji persahabatan kita
Tak kan mau berpisah
Karena ingin...Pertengkaran kecil kemarin
Cukup jadi lembaran Hikmah
Karena aku ingin tetap sahabatmu....

Duhai ibu...

Ahad, 23 September 2007, Subuh baru saja usai kutunaikan berjama’ah di Musholla dekat kost. Aktifitas hari ini, sudah kumulai dari jm.02.00 dini hari tadi. Mulai menyuci, sholat malam disambung tilawah sampai jm.04.00. Sisa waktu kumanfaatkan untuk sahur sampai subuh itu pun selesai kutunaikan. Aku mulai merebahkan badanku yang mulai meronta untuk minta rehat. Tiba-tiba kudengar dering ringtone Nocturne yang sempat mengagetkan ku. Oh..My sweet Home...Oh ibu...Tahu saja,kalau anakmu ini sangat merindukanmu.

Salam pun memulai pembicaraan kita. Berikut petikan pembicaraan kita dengan durasi kurang lebih 20 menit (Bahasa sudah di gubah dari Jawa ke Indonesia):
Nur : “Yes..”
Ibu :
Assalamu’alaikum..
Nur :
Wa’alaikum salam
“ibu gimana sehat? Ibu...Koq lama tidak telpon? (Masih protes ajah...Dalam hati, duh..maaf harusnya saya sebagai anak yang proaktif mendahului hubungi rumah).
Ibu : Alhamdulillah...iya...Ramadhan sekarang seperti jatah keluraga masih banyak, lumayan ramai tiap hari..
Nur : Oh yach...?kenafa?

Mulailah ibu bercerita dengan khasnya penuh tawa.


Mulai dari keluarga kakak-kakak saya yang turut meramaikan rumah kami. Maklum, untuk ukuran didaerah, rumah kami yang lumayan besar itu hanya dihuni oleh ibu seorang, semenjak kepergian Ayahanda tercinta...(duh...Jadi sedich. Aku janji bu...Ikutlah aku kelak kalau aku dah punya keluarga. Biar bakti anakmu ini terasa di hari tuamu...Meski kau selalu menolaknya, sebagaimana kakak-kakak juga menawari hal yang sama. Katamu, engkau lebih nyaman di rumah sendiri). Alhamdulillah, dengan inisiatif dari Mas tertua, ada tetangga yang mau menemani beliau di malam hari, tentu kita memberikan hak tetangga itu. Syukurlah...

Aku pun mulai menanyakan satu-persatu keluarga kakak dan terutama keponakan-keponakan ku yang lucu-lucunya. Sekedar informasi, alhamdulillah Saya telah dikarunia keponakan 9 (7 laki-laki dan 2 perempuan). 3 diantaranya kembar, namun karena tidak identik saya melihat kakak saya serasa punya 3 anak dalam satu waktu dengan usia sama. Duh...hal yang sangat membahagiakan. Hal yang sama kalau saya pulang kampung, rasa bahagia sudahlah tentu bisa bercengkrama bersama. Sekarang usianya hampir 3 tahun. Dari mereka itulah, saya melihat bagaimana kakak saya berusaha menjadi ayah yang adil terhadap ketiganya. Hal yang sangat menggelikan kadang dan berbalut kasihan, ketika ketiga-tiganya meminta gendong Ayahnya..kakak saya “kwalahan”(Yach iya lah, bayangkan 3, kalau 2 masih mungkin kanan dan kiri. Kalau 3?) Atau bagaimana ketika mereka bertiga berantem...Duh...Gemeesss...!

Cerita ibu pun masih berlanjut. Kali ini dari si cantik “revalina arilya devi.”Keponakanku dari Mbak Dewi ini, tergolong pemberani, layaknya cowok, usianya kurang lebih hampir 2 tahun. Maklum cewek sendiri diantara keponakan-keponakan yang lain (Di madiun), karena cewek satu lagi di Pamulang. Dari cerita ibu, katanya beberapa hari yang lalu dia kena serangan gatal-gatal di kulit. Berikut petikan seputar pecakapan si cantik dengan mbah uti (Mbah putri maksudnya, maklum anak-anak dan itu tidak lain adalah ibu), seperti yang dituturkan ibu pada saya :
Reva :“mbah uti, aku ke rumah mbah yach?”
Mbah uti : Iyach...Sekarang dimana?
Reva : “Masih di mobil, abiz disuntik”
(Hix2...Nur akan terjemahkan dari paparan ibu. Suatu saat dia kena gatal-gatal kulit. ibu menyarankan ke mbak untuk membawanya ke dokter kulit, biar tahu apa sebabnya. Jadilah dia dibawa ke dokter).


Percakapan mereka pun dilakukan ketika masih di perjalanan. Setelah sampai di depan rumah, proteslah dia (reva),berikut petikannya :
Reva : “mbah uti...Koq pintunya ditutup?”
Mbah uti : “tidak dikunci koq, masuk ajah”

Hem...masuklah dia akhirnya bersama Bapak-Ibunya..dengan gayanya itu (yach, gaya pemberaninya...hehe). Duh...Kata ibu, makin cerewet ajah nur...Ndak takutan. Bahkan si kembar ajah kalah ama dia, begitu kata ibu. Hix2....kangeen...pengin pulang...

Percakapan seputar keponakan-keponakan sampai di situ, sebelum akhirnya saya pun bak tak mau mengalah dari keponakan-keponakanku yang masih mau diperhatikan. Saya pun menceritakan apa yang saya alami akhir-akhir ini (maaf kali ini tidak akan saya di ceritakan disini)...sampai akhirnya saya harus mengingatkan ke Ibu...Kalau nanti tidak distop bisa bengkak tagihan rumah loh bu...

Terpenting pagi ini, saya merasakan kebahagian luar biasa...serasa pulang kampung. Tunggu aku di kampung...InsyaAllah...Semoga Allah berikan sisa usia sampai ke sana dan Barakah, selamat dari dan sampai tujuan. Bisa berkumpul bersama, canda gurau bersama dalam nuansa Fitri nan damai.
Kakak-kakak yang tidak di Madiun...Hayo kita pulang kampung...Insyaallah Keluarga Mbak anis, pulang koq ibu...Tapi keluarga Mas Agus, nur belum bisa kontak lagi. Coba nanti saya kontak...Biar kita bisa berkumpul bersama.

Kasih ibu sepanjang masa
Tak berharap balasan
Namun, wahai anak-anak
Apa yang telah kau berikan padanya kini?

Wanita perkasa sepanjang zaman
Bak karang tak goyah diterjang badai
Usia yang merambat di senja ini
Makin menampakkan kau sungguh wanita perkasa


Diary 1

Jakarta, 21 September 2007

Dy...lama yach??? Tak pernah aku melibatkan dirimu untuk sekedar mendengarkan keluh kesah atau apa pun yang dulu sering aku lakukan, selagi masih di Bandung...Dy...Malu bercampur rasa bersalah yang trus menggelayut di rona muka wajah ini rasanya tak mampu kusembunyikan. Bukan lantaran sikap pengecutku yang tak mau menghadapi resiko atas tindakan cerobohku, tapi lebih malunya aku pada Robb-ku. Rasanya tak layak aku tunjukkan perbuatan ini disaat hari penempaan keimanan sungguh diuji. Namun justru aku telah melakukan sebuah kesalahan besar. Rabb, akankah ampunan-Mu itu Kau berikan padaku..

Dy, Rabu sore yang cerah ini berubah bak mendung yang siap menumpahkan curah kandungan air yang dibebannya. Airmata yang tertahan di mata dan rasa sesak di dada, serasa ingin kumuntahkan. Namun, aku harus bisa menghadapi resiko ini. Pantang mundur, sportif harus selalu dikedepankan, Salah, yach. Aku melakukan kesalahan...Maaf! Yach sebuah kata yang mungkin dapat mengembalikan semua ke keadaan semula. Namun, rasanya noktah hitam ini telah tertoreh, tentu kalau pun bisa bekas-nya tak akan mampu mengembalikannya ke keadaan sedeakala...Duh..dy, apa yang harus aku lakukan.

Sudahlah dy, ibarat nasi telah menjadi bubur. Kali ini aku hanya akan menjadikannya bubur spesial khusus dengan resep Taubat dan berniat tidak akan mengulanginya lagi, dan kubuat porsinya spesial untukku seorang. ..

Dy, maaf telah kuucapkan, namun dia tak telah sakit dan kecewa. Dia sangat marach padaku dy...rasanya aku ingin mengutuk diriku sendiri, telah mengusik istana kedamaian orang lain. Namun, apa daya kini...kesalahan telah tercipta...dan dia marach besar dy...aku ingin menangis saja...atas kecerobohan ini.

Dy...sampai menjelang berbuka, adzan maghrib pun sayup terdengar dari Lt. II Masjid Bimantara. Meski rasanya tak mau beranjak dari depan kompi, kupaksakan saja kakiku melangkah untuk mengambil minuman dan menyantap beberapa kue buat berbuka. Enak tak enak, bukan karena kuenya, tapi karena suasana hatiku sedang kacau. Gundah, akankah kata maaf ku ini tak berbalas darinya. Aku hanya bisa pasrah...

Waktu terus berganti...Setelah sholat berjama’ah maghrib, aku sempatkan untuk membuka mushaf dan perlahan kulantunkan Kalammullah melanjutkan tilwahku. 1 Juz telah kuselesaikan sampai menjelang kumadang adzan isya’. Sebelum beranjak dari depan kompi untuk mengambil wudlu, saya sempatkan untuk menghidupkan kembali notebook yang sudah terlanjur kumatikan. Masih menggantungnya jawaban atas maafku darinya, memaksaku untuk membuka koneksi lagi. Lagi-lagi aku hanya bisa mengulang kata maaf ini untuk kesekian kali. Dy...tahukan kamu apa reaksinya, yach...dia sangat kecewa berat dan dia hanya bisa memberikan nasihat kepadaku untuk bisa mengendalikan emosionalkku...Yach, bukan salah memang tindakannya itu, hak dia untuk memberikan maaf untukku atau kah tidak. Yang jelas, aku sangat terpukul atas jawaban dia, bawah Ramadhan ini sebenarnya dia ingin menjalani dengan ketenangan, namun aku dengan seenaknya telah mengoyak tatanan istana kedamaiannya. Sungguh...dy, bak disembelih sembilu, hatiku mati...seolah dunia runtuh menimpa diriku yang lemah ini. Yach, lagie-lagie aku hanya bisa mengucapkan maaf, tak banyak yang bisa kuperbuat selain kata ini, karena toh kesalahan telah kuperbuat. Duh dy...kenapa aku ini? Hal ini yang sempat kupertanyakan pada diriku sendiri...Makhluk apakah aku yang tidak tahu diri ini...

Hix2...dy aku ingin menangis...ibu...aku ingin menangis dipangkuanmu..berharap engkau akan menenangkanku dengan belaian dan kehangatan kasih sayangmu...namun engkau terlalu jauh untuk kujangkau, sekedar menyandarkan semua ini...ibuu...

Percakapan menjelang isya’ saat itu, tak banyak yang dieksplor...meski akhirnya maafku telah terjawab olehnya. Yach, dalam jawaban singkatnya dia bilang, “ok...dimaafin, tapi jangan diulangi lagi yah...”. Oh...tentu...tentu, batinku secara cepat dan otak segera merespon ke syaraf-syaraf tangan untuk segera menekan tombol-tombol tuts keyboard notebook ini dengan balasan, “yach...kapok, tak akan mengulangi lagi”. Alhamdulillah leganya...meski banyak hal yang musti saya mintakan alasan darinya atas marach dan kecewanya dia. Namun, percakapan ini tak bisa dilanjutkan terlalu lama, karena aku keburu pamitan untuk segera menggabungkan diri dalam jama’ah isya dan dilanjutkan dengan tarawih. Seperti biasa, setelah tarawih selesai dilaksanakan aku selalu keluar dari barisan lebih dulu, karena witirnya aku ambil tengah malam saja, sekalian melaksanakan Qiyamullail. Saat turun dari masjid inilah, hatiku terusik kembali untuk mengetahui respon kelanjutan penjelasan darinya.Namun, tidak ada juga Respon darinya...Dy...aku hampir putus asa. Yach, aku berasumsi dia masih sangat marah dan kecewa. Yach, sudahlah memank aku yang salah, aku pun harus terima hukuman ini...

Dy...aku pulang dari kantor akhirnya. Dengan tanpa keutuhan dari jawabannya yang melegakan hatiku. Saya berharap, masih diberikan usia panjang untuk esok hari. Sehingga saya dapat mendengar utuh argumentasinya. Sudahlah...Alhamdulillah dy...sangat lelah seharian ini. Ditambah lelah hati juga...(yach sejak awal saya juga telah salah, namun tak menduga akan seperti ini).

Esok harinya...engkau tahu dy, saat koneksi kubuka. Ada messages pending, darinya. Dua baris kalimat dari jawabannya, “gomen, tadi saya ke toilet” dan “assalamu’alaikum”...Hem...Saya langsung membalasnya, “iyach, gapapa”.

Hari kamis ini dy...seharian, aku berharap dapat penjelasan lebih melegakan darinya. Menjelang sore, akhirnya dia menyapaku dengan sebuah kalimat yang sedikit melagakan, “maaf yach kemarin”. Langsung dengan capet saya balas, “nur yang salah”. Yach sudahlah, dalam bathin dy...saya mengharapkan dia akan memoles kesalahan saya dengan segudang nasihat. Namun, yang terjadi justru dengan sigapnya (saya tidak tahu, benarkah tindakan saya ini ataukah justru akan memuakkan dia dengan sgala cerita yang akhirnya pun saya rangkai kalimat per kalimat). Dy...saya ceritakan kronologis asal muasal momentum tidak mengenakkan itu terjadi. Saya pun memilih untuk tidak lagie mengusik istana kedamaian yang ia punya. Sudah saatnya, kita tentukan kebahagiaan versi kita masing-masing, tanpa ada gangguan-gangguan berarti. Dia pun setuju, dengan usulan saya ini. Tahu kah kau dy...sakit sebenarnya dan sangat berat, namun demi kebaikan semua pihak, pilihan ini harus ditentukan, Tidak perlu lagi pakai ditawar. Karena kita sama-sama tahu keadaan masing-masing. Sungguh pelik sebenarnya.

Dy...hari ini, kamis saya ingin pulang cepat. Saya ingin menenangkan diri. Biar ramadhanku bisa berjalan juga dengan ketenangan dan kedamainan.
Malam itu, kuhabiskan dengan banyak membaca buku, siapa tahu saya dapat ilmu untuk menenangkan batinku yang dirundung gundah gulana. Kebiasaan yang tidak mendominasi aku lakukan di malam-malam Ramadhan, yang biasa aku habiskan dengan tilawah. Yach...kali ini saja yach dy...Tapi targetan harus tetap difokuskan.

Dy...aku temukan beberapa hal yang pas banget dengan apa yang kualami dari buku yang kubaca dan semoga bisa mnejadikan hari-hari ku kedepan bisa lebih baik lagi, amien. Mungkin dengan aku tulis seperti ini dapat menjadi pengingat aku yach dy... seperti :
a. Aku harus bisa lebih fokus lagi untuk menambah kemampuan ilmuku. Bagaimana dibuku Habiburahman El Shirazy itu diceritakan antara lain:

Ø Kisah mengharubiru yang diriwayatkan oleh Imam Bakar Bin Hamdan Al-Maruzi yang mengatakan bahwa Imam Ibnu Kharrasy pernah bercerita: “Demi mencari ilmu, aku pernah meminum air kencingku sendiri sebanyak lima kali. Ceritanya, sewaktu sedang berjala melintasi gurun pasir untuk mendapatkan hadist aku merasa kehausan luar biasa tanpa ada yang bisa aku minum. Maka dengan terpaksa aku minum air kencingku sendiri”. Masih di buku itu dikatakan oleh penulisnya bahwa ulama besar sekaliber Ibnu Kharrasy bahkan harus meminum air kencingnya sendiri demi menpertahankan hidupnya ketika mencari ilmu. So, aku merenung, “maka nikmat TuhanMu yang manaka yang kamu dustakan? Fasilitas manalagi yang aku rasa kurang? Selain karena keenggananku untuk terus mengais ilmu-Mu yang Maha luas. Ijinkan aku memulai Robbi...
Ø Bagaimana cerita Imam Abu Hatim yang pernah mengalami keadaan sangat memprihatinkan. Imam Abu Khatim mengatakan, “Ketika sedang mencari hadist kondisiku benar-benar sangat memprihatinkan. Karena tidak mampu membeli sumbu lampu, pada suatu malam aku terpaksa keluar ke tempat ronda yang terletak di mulut jalan. Aku belajar dengan menggunakan lampu penerangan yang dipakai oleh tukang ronda. Dan terkadang tukang ronda itu tertidur, aku yang menggantikannya ronda.” Sementara aku??, “maka nikmat TuhanMu yang manakah yang kamu dustakan?” Deg...Rabbi, terima aku kembali dalam rengkuhan kenikmatan bersama-Mu...
Ø Pun kisah Imam Bukhari yang tidak memiliki apa-apa. Sampai pakaian pun tidak punya, sehingga ia terhalang dari menulis hadits. Umar bin Hafesh Al-Asyqar mengatakan,” Selama beberapa hari kami tidak mendapati Bukhari menulis Hadist di Bashrah. Setelah dicari ke mana-mana akhirnya kami mendapatinya berada di sebuah rumah dalam keadaan telanjang. Ia sudah tidak punya apa-apa. Atas dasar musyawarah kami berhasil mengumpulkan uang beberapa Dirham lalu kami belikan pakaian untuk dipakainya. Selanjutnya ia mau bersama-sama kami lagi meneruskan penulisan hadist.” Sementara aku dy...tiap hari bisa berganti baju.


Ø Lalu bagaimana penderitaan Imam Malik, yang demi membiayai dirinya menuntut ilmu, beliau harus mencopot atap rumahnya, lalu menjual papannya.

Sejarah-sejarah di atas adalah nyata, bukan cerita rekaan belaka atau cerita fiktif yang mengada-ada. Datanya valid, tertulis dalam banyak kitab-kitab sejarah, sastra dan lain sebagainya.
Penulis pun melanjutkan dengan mengutip syair seorang ulama :

Aku bertanya kepada kemiskinan.
Di manakah kamu berada?
Ia menjawab, aku berada di sorban para ulama.
Mereka adalah saudaraku
Yang tidak mungkin aku tinggal begitu saja.

b. Sentuhan Q.S. Al-Israa’ (memperjalankan di malam hari) 17:79
Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.” Alhamdulillah...dalam sujud panjangku, aku kembali merasakan ketenangan. Terimakasih Rabb, Engkau masih mau mendekatiku, saat aku mulai menjauhi-Mu. Istiqomahkan ku selalu...itu dy, pintaku.

c. Jika selama ini aku selalu mendasari tindakanku dengan kalkulasi-kalkulasi dan hitungan matematis, namun terkadang DIA memiliki rencana lain. Mungkinkah aku yang hamba ini mendahului takdirnya pada tiap diri ini??? Hal yang patut aku koreksi lagi dy...Biar kepasrahan setelah berusaha menjadi aku hamba yang Tahu diri, akan segala keterbatasan ini. Firman-Nya:
“Dan sesungguhnya kepada Tuhanmulah kesudahannya segala sesuatu”

“Dan sesungguhnya Dialah yang menjadikan orang tertawa dan menangis”

“Dan sesungguhnya Dialah yang menghidupkan dan mematikan”

“Dan sesungguhnya Dialah yang menciptakan pasangan laki-laki dan perempuan


d. Perkataan Imam Athaillah yang penulis kemukakan tentang Cinta : Tidak ada yang bisa mengusir syahwat atau kecintaan pada kesenangan duniawi selain rasa takut kepada Allah yang menggetarkan hati atau rasa rindu kepada Allah yang membuat hati merana!”
Mencintai makhluk sangat berpeluang menemui kehilangan. Kebersamaan dengan makhluk juga berpeluang mengalami perpisahan. Hanya cinta pada Allah yang tidak. Penulis menuturkan, jika mencintai seseorang ada dua kemungkinan diterima atau ditolak.Jika ditolak pasti sakit rasanya. Namun, jika kau mencintai Allah pasti diterima. Jika kau mencintai Allah, engkau tidak akan pernah merasa kehilangan. Tak akan ada yang merebut Allah yang kaucintai itu dari hatimu. Pun tak akan ada yang merampas Allah. Jika kau bermesraan dengan Allah, hidup bersama Allah, kau tidak akan pernah berpisah dengannya. Allah akan setia menyertaimu. Allah tidak akan berpisah denganmu. Kecuali kamu sendiri yang berpisah dari-Nya. Cinta yang paling membahagiakan dan menyembuhkan adalah cinta kepada Allah “Azza wa jalla”. Membaca rangkaian yang ditutur penulis, serasa aku dinasehati. Ada kesejukan yang membuat sedikit hatiku terhibur dan lega. Jiwaku perlahan mulai menemukan ketenangan. Amien, terima kasih Rabbi, Tak akan kubagi lagi cintaku untuk-Mu dengan yang lain. Akan kuletakkan porsi cinta makhluk sebagaimana kadarnya.

e. Di akhir paparan sang penulis merangkai sebuah kalimat yang sangat indah: “Bukannya aku tidak mencintaimu, sungguh aku sangat mencintaimu. Dan bukannya aku tidak mendamba hidup bersamamu. Sungguh aku sangat ingin hidup bersamamu. Namun, tidak semua yang didamba manusia pasti diraihnya. Aku sangat mencintaimu, tapi aku tidak mau kehilangan cinta-Nya. Aku mendamba hidup bersamamu, tapi aku lebih mendamba hidup bersama Ridha-Nya.” Telah ku pilih ini sebagai jalan-ku...

Dy...itulah beberapa hal yang dapat aku ambil hikmah dari apa yang kubaca...damai rasanya kala kita bisa menyikapi sesuatu dengan kembali kepada Sang penggenggam jiwa ini...

Kuakhiri dengan do’a :
“ Ya Allah, hamba memohon kepada-Mu permintaan terbaik, do’a terbaik, kesuksesan terbaik, ilmu terbaik, amal terbaik, pahal terbaik, kehidupan terbaik, kematian terbaik. Kuatkanlah hamba, beratkanlah timbangan kebajikan hamba, realisasikan keimanan hamba, tinggikan derajat hamba, terima shalat hamba, ampuni dosa hamba...”

“Ya Allah, karuniakan kebaikan bagi hamba dalam segala urusan, berikan pahal kepada kami dari segenap luka dunia dan siksa akhirat”

“Ya Allah, anugerahkanlah untuk kami rasa takut kepadaMu yang membatasi antara kami dengan perbuatan maksiat padaMu, dan anugerahkanlah ketaatan kepada-Mu yang akan menyampaikan kami ke surgaMu, anugerahkan pula keyakinan yang akan menyebabkan ringannya bagi kami segala musibah di dunia ini.”

“Ya Allah, jangan pernah Engkau tinggalkan dosa, melainkan Engkau ampuni. Tidak ada kegalauan kecuali Engkau berikan jalan keluar, tidak ada hutang kecuali Engkau penuhi, dan tidak ada satu kebutuhan dunia dan akhirat kecuali Engkau penuhi, wahai Tuhan semesta Alam” Amin.

Monday, September 17, 2007

dukamu dukaku...

Ramadhan baru saja menyapa
Saat yang dinanti itu telah tiba
Segudang harapan untuk menyambut kedatangannya pun tlah terencana
Untuk menjadikan Ramadhan kali ini lebih bermakna

Namun apa daya
Rencana tinggal rencana
Sang penentu waktu jua yang lebih berkuasa atas segalanya
Kini semua tinggal asa

Ia datang bak perenggut kebahagiaan
Kini Rumah, surau-surau itu telah luluh lantah
Tiada lagi terdengar riuh anak-anak mengaji
atau cemeti hukuman sang ustad karena kebandelan anak-anak
Semua tergantikan dengan jerit tangis..

Ibu...kemana bapak...
Mana seragam sekolah dan buku-bukuku bu...
Ibu...Lapar...
Ibu...kemana kita akan tinggal...

Seolah jeritan tangis itu tak jua beranjak
Silih berganti ratapan itu menghiasi Ramadhan kali ini
Kapankah duka ini akan pergi
Berganti kekhusukan mengisi amalan di bulan suci
Ramadhan di hati...

Dwilogi
Bengkulu dan padang disana...
Bersamaan dengan kedatangan bulan penuh berkah, bulan penuh rahmat dan bulan penuh ampunan, cobaan itu datang. Gempa itu datang jua atas titah sang pencipta alam semesta ini. Kini, saudara-saudara kita di Bengkulu dan Padang, harus menikmati Ramadhan dalam keadaan yang sangat memprihatinkan. Ramadhan yang harusnya bisa dijalani dengan penuh suka cita dan kebersamaan bersama keluarga, kini harus dihabiskan di camp-camp pengungsian. Tidak ada lagi hidangan di meja makan saat santap sahur atau kebahagian berbuka dengan hidangan istimewa yang disiapkan ibu tercinta. Semua kini harus dinikmati dalam kebersamaan sebagai penghuni camp pengungsian.

Jakarta disini...
Agenda mengisi Ramadhan telah disusun. Dengan tekad ramadhan kali ini harus jauh lebih baik dari Ramadhan. Tenang, damai dan aman sangat mendukung Ramadhan ini bisa diisi dengan amalan-amalan fardhi. Ahh tenangnya ramadhan kali ini...sehingga semua targetan Ramadhan kali ini bisa di penuhi...

Sahabat...
2 gambaran di atas, patut kita jadikan bahan renungan saat ini. Memang sah-sah saja dan memang sangat dianjurkan untuk memperbanyak amalan di bulan Ramadhan ini. Namun, masih kah kita menyisihkan di relung hati kita untuk juga turut berempati merasakan apa yang sekarang dialami saudara-saudara kita yang sedang diuji dengan cobaan ini? Atau bahkan kita tidak tahu atau jangan-jangan tidak mau tahu alias tutup mata dengan informasi kekiniaan seputar kejadian di negeri kita ini...tanyalah pada diri kita masing-masing...

Kesholehan tidak cukup hanya diukur dari kadar kesholehan pribadi, namun jauh lebih dari itu dibutuhkan sebuah komunitas kesholehan sosial. Tidak hanya sekedar berdiam menyepi dan menutup rapat-rapat akses informasi luar atau tidak mau bergaul.

Jika boleh meminta, mereka, saudara-saudara kita nun jauh di sana, butuh uluran kita. Harta tidak kita punya, janganlah terlalu kikir dengan menyelipkan lantunan do’a dalam sujud panjang kita. Kelak beban itu akan diangkat dari pundak saudara-saudara kita disana. Sehingga bisa menikmati nuansa Ramadhan kali ini dalam kondisi yang tak jauh berbeda dengan kondisi kita disini..

Robbi...
Kemanakah kaki ini akan melangkah kini
Jika tanpa tuntunan dari-Mu...
Tentulah kesesatan yang kan kutemu...

Robbi..
Rasa-rasanya aku tak kuasa lagi menahan apa yang ada kini
Masihkah ada harapan lebih baik di esok hari?
Hingga Engkau angkat beban di pundak yang kian hari kian terasa sarat ini?
Harapku selalu untuk itu...
Kebahagian dalam keindahan Cahaya Ramadhan-Mu...

Wednesday, September 12, 2007

Alhamdulillah...bertemu jua denganmu, Ramadhan-Qu!

Alloh...
Izinkan kami berlabuh bersama Ramadhan-Mu...
Mengarungi samudera Rahmat-Mu...
Menggapai lautan ampunan-Mu
Dan bermuara dalam taubat kepada-Mu...

Robb!
Sirami jiwaQu yang kering ini...
11 Bulan tlah lewat, rasanya tak pantas bagiku akan ampunan-Mu...
Akankah sebulan ini Engkau berikan pada hamba ini sebuah Maaf...

Dasar manusia, semua serba ingin lebih dan lebih...
Jika tidak lagie ada pengaduan yang hakiki...
Kemanakah hamba berlabuh...

Ya Robb!...
Hampiri kami...
Dekati kami...
Meski tak jarang pula...aku makin berlari menjauh dari-Mu...
Karena kepongahan diri ini...
AMpunkanlah dosa kam,i Robbi!

Moga ku khan selamat dunia akhirat...
Seperti Rosul dan Sahabat...(pas lagie dengerin Nasyidnya...)

Met Sahur di Ramadhan Pertama Sahabat...

Around the central java

Perjalanan Jakarta-Yogyakarta-Surakarta-Jakarta (baru besok tapi balik ke jakarta...) begitu banyak yang saya dapat dari ini...(Klo ole2 beneran ada koq, tenang aza...Hehe). Lebih dari ini yang saya dapat. Mulai dari berangkat dari jakarta, dimana ini sebenarnya adalah (Hus!...Jangan Bilang2 yach, ini kali pertama naik pesawat..hiii...)maklum orang ujung berung. No Problem, dilapangan ternyata tidak serumit yang terlihat selama ini, hal ini juga karena saya sebelumnya dah minta di brief sama anggota Tim Magang (u are the best), juga disela-sela jauh dari penglihatan teman2 saya coba searching tentang Tips Naik pesawat...alhamdulillah, berguna juga...Hehe. So, intinya mau belajar dan Jangan malu jika harus bertanya kalau memang kita tidak tahu, dari pada sok Tahu...Mending Tempe...Hehe.

Yach, perjalanan Jakarta-Yogyakarta pun lancar, meski sempat dari corong informasi GA pesawat delay 15 menit dari jadwal pemberangkatan semula. But, it’s ok. Tidak lama juga akhirnya teman, pewasat pun diiformasikan telah datang. So...Go!

Landing dengan cukup baik (meski serasa “gronjalan”...haaa, ups!). Tahu tidak? apa yang terjadi setelah kaki melangkah keluar dari lingkungan pintu bandara?...Serasa pejabat (jd ingat kata teman, “Topan”, di kesempatan yang lain, dia pernah bilang, “yach serasa pejabat ajah...”) wah..Benar Topan! Serasa pejabat (meski boongan, karena ternyata pihak Hotel dah jemput dengan papan kertas bertuliskan “welcome to Inna Garuda Ibu Nur Susilowati”...) saat itu yang langsung loading di pikiran adalah kata-kata Topan...karena memank hal ini cukup membantu saya dengan tentengan bawaan yang cukup lumayan berat bo’.”enak juga yach jadi pejabat...hehe, pantees...orang suka berebut ingin jadi pejabat, smg saya tidak termasuk jd orang yang ambisius tapi ambisi saja.”

Sampailah saya di Inna Garuda hotel, tepatnya di Jl. Malioboro. Sampai di hotel, saya langsung check in. Berdasarkan informasi dari kantor, saya akan menempati kamar superior, tapi dari informasi sang petugas, kamarnya belum kosong, dan baru kosong sekitar jm.15.00 wibb, padahal saat itu jam baru menunjukkan jm. 14.00 kurang. Proteslah saya (hanya kecil sich, “Yach..masih lama yach mas?ampe jm 15.00 Yach?).Entah karena merasa pihak hotel yang ngrasa salah atau gimana, saya akhirnya di kasih kunci kamar Delux (di atas superior) dengan tanpa tambahan/charge)....Syukurlah, yang penting mau naruh barang. Hot Spot juga bisa...

Bukan tidak cape’ sebenarnya, sehingga mau tidur ajah bawaannya, tapi karena semua masih belum selesai untuk fixasi acara Besoknya. Yach, 2 event dalam satu waktu. Akhirnya dari tiba di hotel sampai jm. 21.00 wibb, saya habisnya untuk koordinasi dengan teman2 di kantor, pihak yang membantu saya di Yogya dan Pihak yang di Surakarta....Harus bin wajib kitu loh.

Setelah dapat kepastian dari pihak-pihak yang saya hub, barulah teringat akan pesan teman dan yang wajib harus ambil uang, untuk acara besok. Maaf yach...akhwat, eh perempuan harus keluar malam2, habis banyak yang harus disempurnakan juga penyelesaiannya hari itu juga. Alhasil, jalan lah ke sepanjang Jl. Malioboro, meski dah hampir sebagian besar pedagang yang menjajakan barang dagangannya di sepanjang trotoar, yang hampir menyita semua hak pengguna Jalan, banyak yang sudah mau tutup. Hem...dasar wanita, liat barang langsung dech, beli beberapa pesanan dan juga ada yang mau saya kadoin juga ke teman sich (biar seneng...hehe).

Setelah tujuan utama selesai semua, hem...satu yang tidak saya dapat dan dengan keberanian tanyalah ke abang2, toko yang jualan Bakpia Pathok. Si abang2 dengan sigap, menawarkan jasa becak sahabtnya ke tempat pabrik bakpia pathok “25”. Saya fikir dekat, ternyata lumayan jauh...dan dia (sang abang becak) hanya minta ongkos Rp. 3000’ perak, yach kasihan dia, saya lebihkanlah pembayaran/hak jasanya.

Sepanjang jalan, si abang2 becaknya cukup akrab, sampai saya diceritain sejarah bakpia pathok yang terkenal di Yogyakarta, yaitu Bakpia pathok “75”. Bagaimana akhirnya juga muncul “25” , yang dari ceriteranya adalah sempalan bakpia pathok “75”. Dan jangan heran dan bertanya-tanya kenapa, merek alias brand bakpia selalu khas pakai angka, bukan nama “asli loh”, atau “an-nur’ atau “zoezi” atau “watie”..hehe, yach iyachlah...mana ada, itu khan nama saya...haaa, ups, maaf!

Alhamdilillah, sempurna sudah yang mau dibeli. Kembalilah si abang becak mengayuh becaknya, mengangkut saya kembali ke hotel. Sampai hotel, check2 lagie buat persiapan esok paginya.

Awalnya ndak ngantuk..eh, tertidur juga (meski kertas2, gunting, lem, btw bukan lagie buat mainan kertas lipat yach..!) eh...tertidur juga. Minta bangunin...eh, bangun2 jam 6-an (maaf yach, dah dapat dispensasi masalah kewajiban subuh). Langsung bangkit, dan mengambil kertas2 yang semalam dikacangin, barulah mandi dan beberes. Dan memang pagi itu juga langsung check out. Rencananya, dari acara pelantikan pagi di Bangsal Kepatihan, Danureja, akan langsung menuju ke Surakarta, untuk persiapan acara pelantikan malamnya. Dan alhamdulillah, panitia sudah menjemput kami (saya, Ketum dan Sekjen)...jadi bisa lebih mudah mencapai tempat tujuan.

Tibalah saya di hotel berikutnya, di Solo. Tepatnya kami, menginap di “Quality Hotel” Solo. Alhamdulillah, juga bisa Hot spot, jadi cukup membantu, apalagi memank ada data-data yang harus saya buka. Lancaaar....

Acara utama pun tiba. Memank rada telat dari jadwal yang diperkirakan. Karena makan-makannya kelamaan sich...hehe(maaf, ndak terlalu parah sich sebenarnya!). Acara demi acara pun berjalan lancar, tapi lagie-lagie, Sekjen sangat teliti dengan sebuah protokoler. Tolong check yach, Beneerr???Jakarta??? So..oh God! Harus terjadi lagi ini....Serasa disambar “senyum Sekjen”ups! Maaf yach Sekjen...untung Beliau sepertinya lagie senang, jadi tidak kena ceramahlah saya....Aduuhh.....Maaluuuu...!

Ibarat nasi sudah jadi bubur, bagaimana bubur spesial akan bisa saya buat. Alasaaan, saja, mentang-mentang Jakarta hampir sebunyi dengan Surakarta, serasa bisa menghibur diri...(semoga tidak byk yang “ngeeeh...”hehe, eit !Salah yach tetap salah, jangan menyangkal. Bukan begitu Bapak DE?hii). CATAT! TELITI.

Yach...sudahlah. semua sudah berjalan dengan sempurna. Dan kami pun di ajak jalan makan di lesehan, “Gudeg Ceker”. Kata orang, enak bangeeets. Setelah sampai di tempat yang dituju, emank enak sich. Karena sudah kenyang, jadi nikmatnya tidak mencapai 100%...hii.

Sampai lagie ke Hotel, hampir jm.00 wibb sampai sekarang saya masih on (hingga tulisan kisah perjalanan ini bisa jadi ole2...).
Sekian laporan, selesai!

Ahh...sudah Ramadhan...