Wednesday, February 27, 2008

Catatan Hati 2 ^^

Tak ada gading tak retak. Begitu pula dalam jalinan persahabatan akan ada datang suatu masa, yang mencoba mengoyak kekokohan talinannya. Kokoh kah? Atau akhirnya akan rapuh yang hanya menyisakan sebuah asa tak bermakna. Hal ini pun tak lepas dari kehidupan saya sebagai bagian dari entitas kehidupan kini, dalam interaksi dengan orang lain. Kemampuan diri-ilmu-, kebesaran jiwa, kelapangan dada, kejujuran hati, keikhlasan menerima adalah keaslian watak yang akan tampak saat ujian itu datang, menjadi kesatria atau pecundang...Berani mengakui sebuah kesalahan yang sejatinya akan sulit kita akui atau mencipta segudang retorika semu untuk menganggap diri satria digdaya yang sebenarnya jiwanya kerdil.

Lantunan nyanyian jiwa itu masih berpihak...mendamba akan datang sebuah harmonisasi hidup ternyata masih memenuhi relung hati ini untuk bisa mempertahankan jalinan persahabatan itu, karena dia adalah harta paling berharga saat ini. Yang akan menjadi pengokoh jiwa, peredam resah, teman dikala kepedulian semakin luntur akibat mewabahnya paham indivualistik ala kemodernitasan gaya hidup saat ini. Ternyata dia masih tersenyum dan membuka tangannya kala diri ini datang dengan segudang gundah gulana dan tangis tak tertahankan. Untuk sahabat yang jauh dan dekat, sahabat yang selalu dihati, mewarnai sisa hari-hari yang tak tentu sampai kapan kemurahan-Nya akan memberikan tenggat waktu yang lebih banyak lagi untuk kita jalani cerita ini, menuntaskan sisa skenario yang belum terlakoni. Lirik dari mu sahabat, untuk sebuah keindahan warna hidup ini.

niji iro no kairo ni Di sebuah jalan berwarna pelangi
musuu no kotoba-tachi kata-kata yang tidak terhitung
hanbun dake demo walaupun hanya sebagian
koko naraba susunde yukeru jika di sini, aku dapat berjalan ke depan

totsuzen no melody melody yang muncul tiba-tiba
mata kasoku site yuku dengan irama yang semakin cepat
kokoro wo tsukanda menembus ke dalam hati
kuhitohira no kage mo kesisaru bayangan hitam dalam hatiku pun menghilang

mana zashi ... kira kira berjalan dengan mata yang berkilap
amari ookikunai michi demo iine aku senang walaupun jalan ini tidak terlalu besar

soshite lalu
kakedasu tobikomu... kiseki e mengejar,melompat ... ke arah keajaiban
miageru te wo furu... hikari e melihat ke atas, melambaikan tangan ... ke arah cahaya
tomaranai kimochi wo tsunaide yuku dengan perasaan senang yang terus berlanjut
reflectia reflectia

yurameku chikazuku... ashita e membungkuk(bergoyang), mendekat ... kepada hari esok
kanaderu yumemiru... mirai e berirama, melihat mimpi ... kepada masa depan
massara na sora doko made mo tsurete bimbinglah aku menuju langit yang bersih
namida no owari aizu ni pertanda akhir dari air mata

muishiki no melody mendengar melody yang tidak bernyawa
kaze ni naru you ni seperti menjadi angin yang berhembus
kioku no sukima ga di sela-sela pikiran
kuisshun wo motome tsuzukeru terus mencari waktu yang hanya sekejap

maboroshi... fuwa fuwa dalam ilusi... yang sangat lembut
fumidaseru nara kitto daijoubu jika dapat melangkah, tentunya tidak apa

soshite lalu
kasaneru unagasu... negai wo menumpuk, berharap... harapan
michibiku oikosu... jikan wo membimbing, melewati... waktu
garasu ni tooseba ukandekuru akan terlihat bila melihat di kaca
rasen no moyou harapan yang berbentuk spiral

kazoeru tabaneru... omoi wo menghitung, menumpuk... harapan
hirogeru irodoru... egao wo memperbesar, mewarnai... senyum
toumei na sora tsutsumareru tabi ni seperti diselimuti langit yang tak berujung
umarekawatte yuku kara aku terlahir kembali

zawameku yokan...sukoshi no kuusou ni perasaan gelisah..dengan sedikit pikiran yang kosong
itsuka uchiaketai himitsu suatu saat ingin membuka rahasia yang terpendam dihati

nagarete egaite... hiraite mengalir, membentuk... membuka
utsushite narashite... mawatte meniru, membunyikan... berputar
chiisa na uso sae kebohongan yang hanya sedikit saja
yubi no saki wo toori sugiru akan terlihat dari ujung jari

hedatete kowashite... hashitte memisahkan, merusak... berlari
kaette mitashite... utatte pulang, memenuhi... bernyanyi
awakute tooi hibi wo sukuidashi menolong hari-hari yang jauh memudar
hansha sitara jika saja dapat terulang kembali

kakedasu tobikomu... kiseki e mengejar, melompat... ke arah keajaibanmiageru te wo furu... hikari e melihat ke atas, melambaikan tangan... ke arah cahaya
ori nasu oobu (orb) de watashi wo yobu memanggil aku dengan orb yang dibuat sendiri
reflectia reflectia

yurameku chikazuku... ashita e bergoyang, mendekat... kepada hari esok
kanaderu yume miru... mirai e mengalunkan, melihat mimpi... kepada masa depan
massara na sora doko made mo tsurete bimbinglah aku menuju langit yang bersih
kagiri naku maiagaru yo sehingga aku dapat terbang...
(lirik reflectia)

Tuk sahabat-sahabat yang belakangan ini sudah menghentak kesadaran saya dengan segala yang menunjuk kesempurnaan kekurangan diri ini, terhadap apa-apa yang tidak saya dapat penuhi haknya laiknya yang harus diberikan dari seorang yang mengaku sahabat, sebuah rasa memahami yang belum sempurna saya berikan. Terimakasih sudah mengingatkan...to be a better.

N.B. Berdasarkan keterangan dari sang penggubah dari Nihongo ke Bahasa Indonesia, sebenarnya sangat suasah mencari padanan yang sama dengan arti di nihongo sendiri...^^)

Tuesday, February 26, 2008

Catatan Hati 1

Lama rasanya jari-jari ini tak lagi meliuk-liuk diatas keyboard dengan sketsa coretan-coretan seputar warna-warni perjalanan hidup ini. Bersyukur tak hingga pun kadang luput dari sikap yang harus ditunjukkan sebagai diri yang lengkap dengan segala kesempurnaan kekurangan ini. Semoga kesadaran itu akan segera hadir membalut diri dalam keindahan rahmat-Nya. Dari sanalah, dari sang hati semua berasal dan bermuara, tentang hakikat nilai-nilai, baik dan buruk.

Kehidupan yang telah dan sedang dijalani ini, laiknya mozaic-mozaic yang menjadi irisan dalam sambungan gugusan kisah kehidupan kita. Besar dari aneka ragam corak warna adalah nuansa tersendiri yang akan terlukis dalam pribadi diri, begitu pun saya. Pertumbuhan, perkembangan fisik, psikologis/jiwa adalah sebuah keniscayaan dari ciri makhluk hidup terkhusus manusia, pun jua saya. Dari hanya sendiri, berdua, “banyakan” mulai berkeluarga, bermasyarakat atau bernegara adalah fase yang menjadi tempat pengekspresian keilmuan, pemahaman, juga kematangan diri. Siap menerima hujan kritik atau masukan dari orang lain.Tak terelakkan, segala egosentris diri (merasa benar sendiri-baik sendiri-atau rupa2 lainnya dengan makna yang sama dengan itu) sudah tidak “laku” lagi ketika harus dipertahankan di kancah wilayah heterogenitas ini. Keasingan, ketidaknyamanan hanya akan menjadi teman dalam duka berkepanjangan yang tidak kunjung ada titik pangkalnya. Kita lah sang pemegang pelatuk semua kendali arah kehidupan kita sendiri, pun juga saya, bukan orang lain.

Semua fase itu tentu akan dapat kita, juga saya lewati dengan banyak cara menurut kebenaran dan kebaikan versi kita masing-masing. Akhirnyalah akan banyak ruang-ruang hati kita penuh dengan arti kebersamaan, kesabaran, keteguhan prinsip, keindahan, kebahagian yang menjadi penyejuk, pembijak diri dalam bersikap (tindak-tanduk).

Di kutip dari buku “Menjadi Wanita Paling Bahagia” dari bagian tentang “Ya”, adalah sebuah renungan akan makna tiap ekspresi diri.
“Hai diri yang angkuh ini, bersegeralah dalam memenuhi panggilan cahaya keindahan itu”.

...Untuk senyum indahmu yang membangkitkan cinta dan memberikan kasih sayang kepada orang lain.


...Untuk kata-kata baikmu yang membangun persahabatan dan menjauhkan rasa dengki.

...Untuk derma yang membahagiakan si miskin, menyenangkan orang fakir, dan mengenyangkan perut yang lapar.

...Untukmu yang mendidik anak-anakmu dengan agama, mengajarkan sunnah Nabi dan memberi petunjuk tentang apa-apa yang bermanfaat bagi mereka.

...Untuk rasa malu dan hijab yang diperintahkan oleh-Nya. Itu adalah cara untuk selalu terjaga.

...Untuk bergaul dengan wanita-wanita baik yang selalu takut pada Tuhan-Nya, mencintai agam, dan menghormati nilai-nilai agamanya.

...Untuk berbuat baik kepada orangtua, menyambung persaudaraan, menghormati tetangga, dan menyantuni anak yatim.

...Untuk bacaan yang baik, dan telaah yang bermanfaat, bersama dengan buku yang baik dan mengandung pelajaran.

“Karena engkau duhai Perempuan, adalah bunga yang semerbak dan burung yang berkicau”

Hari ini kutekadkan diri untuk belajar lagie...^^

Sunday, February 10, 2008

You And Me in Love

Malam ini selepas sholat isya dan saat saya sedang tilawah, tiba-tiba HP saya berdering. Muncul message dari pengirimnya, teman saya semasa di FH UNPAD.
Berikut balas berbalas dalam putaran SMS malam ini :

My friend : “ukhti ku sayang nan salihah kenapa lama nian rasanya tak dgr kbr mu...:), rindu ku pada mu sperti rindu pelangi pada sang hujan..”

Me : “alhamdulillah khoir...berkat do’a anti...smg jg dmikian dgn anti...aLLoh lebih tahu rindu rasa ini utk sbuah ukhuwah krn-Nya...kata pun tak sanggup mrangkainya...InsyAlloh”

My friend :”Syukurlah...lama sekali rasanya tak tdgr kbr mu.., sayang ini yg cemas kan dirimu..tp ckuplah sudah..,kbrmu lapangkan hatiku..(gile.khiril anwar bisa “lewat”nih)

Me :”Pun bgitu jua kbrmu mekarkan klopak mahkota yg trangkum dlm nyanyian rinduku akan hadirnya sosokmu...stamboel rindu ini pun menemukan arahnya...krn-Nya rindu ini hadir...Ha2”

Tak ada yang istimewa sebenarnya dari SMS kami ini, hanya saja beginilah cara kami ungkapan hati ini, yang membuncah sudah dan hanya terwakili dalam tiap kata di puitis yang tak pula mengindahkan pola aturan mainnya...^^

Sunday, February 3, 2008

Smua untuk-Mu...

Kekerdilan ini membungkus diri dalam kelalaian tak berarti
Dalam balutan bisikan makhluk nan jahat yang menghembuskan ke buhul-buhul diri
Semakin jauh melempar ke jurang kehinaan sebagai hamba yang berlumur dosa ini
Tak terhitung sudah noda ini menutup nurani
Tuk sekedar sembunyikan rasa pun tak juga bisa ditepati
Kini takdir begitu jatuh menimpa dan menyiksa kehinaan diri tuk kembalikan hakikat pahami arti seorang hamba-Mu
Robbi


Jika pahit memang harus ditelan untuk kesembuhan diri
Masihkah tangis keputusasaan menjadi pelemah diri
Semua terasa indah tercipta di komposisi yang terangkai dalam tembang sebuah penantian yang di nanti
Tuk menatap Sang kekasih dalam jarak tak ada lagi
Masihkah Kau ulurkan kasih sayang-Mu Robbi?
Tuk bertemu dengan-Mu, menatap indahnya wajah-Mu dalam ikrar janji bakti


Pahit, manis selalu menjadi kembaran tuk warnai cerita yang disaji
Kesedihan, bahagia hanya bagian dari variabel pembantu dalam pencarian arti sebuah makna hakiki
Tuk raih keindahan di suatu waktu yang begitu indah tersaji
Tak lagi ada tangis mewarnai
Tak ada lagi kesedihan menghiasi
Hanya ada sendau gurau dan kebahagian dalam Jannah-Mu bersama kekasih sejati

Jika aku seorang ibu...
Akan kuwasiatkan padamu wahai puteriku...
Tahanlah pandanganmu dalam balutan keluhuran akhlakmu
Pun kau harus abaikan segala kemanisan yang sudah tak mampu lagi kautahan di bentengmu untuk terus kau pertahankan mutiaramu
Sampai di titik yang tidak lagi kau merasa berat memikul bebanmu itu
Hingga kau bisa bersuka cita dengan segala jerih payah upayamu
Ibumu pun disini tersenyum untukmu...

Jika kini ku masih bisa menikmati indahnya sinar mentari di pagi hari
Maka itulah anugerah terbesar untuk bisa kulukis wajah hidupku hari ini
Karena esok dan esok lagi adalah putaran waktu yang tak bisa kupastikan untuk kumiliki
Negosiasi pun tak mampu kutembus dalam level ini
Sebuah ketundukan dan kepatuhan pada Sang pemilik waktu pun terpatri
Dalam janji kesetiaan dan pengagungan asma-Mu
Robbul izzati
Dalam sujud panjang derai tangis pun mengurai
Memelas dalam pengukuhan sgala kelemahan dan kehinaan diri
Tuk limpahkan sgala keberkahan dan keridloan-Mu atas diri ini


Saat itu...sentuhan lembut-Mu
Tuk sekedar sadarkan diri akan kehinaanku
Tuk sekedar menyentak keterlenaan diri akan skenario keindahan dunia-Mu
Yang telah menang telak melemparku di pojok waktu yang tak mungkin kupinta balik dari-Mu
Kau hadirkan semua begitu menyentak di batas titik nadir kelemahanku
Dalam keterpurukanku untuk Kau alihkan aku pada-Mu, pada cinta-Mu
Disaat waktu untuk-Mu telah kusita untuk duniaku, untuk cintaku pada duniaku
Tak lagi kubiarkan yang dulu kembali hadir menyisihkan-Mu dariku
Hingga gugatan-Mu itu menyudutkanku
Memenangkan-Mu di atas kepasrahanku
Bahwa aku MilikMu...
Selamanya milik-Mu
Untuk Kau genggam dalam dekapan Nur-Mu
Hingga mampu kuhadirkan ada-Mu dalam setiap indah sudut pandangku
Bak lembayung senja dalam tatapan indah kekuasaan-Mu
Smua untuk-Mu


Thanx God!

#Maaf Mas Ali, adekmu ini hanya bisa berbagi di sini...
saat tangis diri pecah... saat kutulis semua ini
Dalam kesendirian tanpa pelibur laraku...
Saat ku mengais sebuah kekuatan diri...
Saat yang bersamaan begitu dering Hp ada mas di jarak jauh yang terasa begitu dekat..(
mungkinkah getar rinduku pada belaian kalian semua terasa meski jauh disana...?saat sejatinya aku butuh kalian, hanya dalam rintih lirih hatiku...)
Karena kalian semua adalah hartaku yang terindah dan paling berharga saat ini...
(Alhamdulillah, tidak kena efect banjir mas...!hny ini info yang bisa kubagi...untuk bisa kusembunyikan semua beban ini...Agar senyum kalian semua tetap tersungging untukku...). Atas nama cintaku pada kalian semua.

Jakarta, Ahad pagi mengabur...utk esok yang cerah ^^
(
Ditemani lantunan sahdu Murottal Syeikh Abdur Rahman As-Sudais)