Friday, August 17, 2007

KRD di hati...di 17-an

Merdeka...! Tepatnya, hari ini adalah hari jum'at, 17 agustus dimana hampir setiap sudut rumah, Rw, Rt sedang marak-maraknya bertebaran merah putih dengan serangkaian acara 17-an. Hal itu tentu sangat menimbulkan kesan tersendiri bagi kita bangsa Indonesia yang telah memproklamirkan diri sebagi bangsa merdeka, bebas dari segala belenggu yang menindas.

Namun, benarkah bangsa ini benar-2 telah merdeka? Dimana setiap orang tanpa status yang harus dibeda-bedakan dapat menikmati buah sebagai bangsa yang merdeka? kesejahteraan, keamanan dll. Bisa jadi, budaya 17-an dan semaraknya yang sangat2 membudaya dengan berbagai rangkaian perlombaan, menjadikan kita lena, dengan makna "kemerdekaan" yang sejatinya. Sesudahnya, PR besar masih menanti untuk digarap, agar Indonesia benar-benar menjadi bangsa yang merdeka seutuhnya. Indikator angka tingkat pengangguran yang terus meningkat, anak2 yang putus sekolah terus bertambah, dan masih banyak Rapor merah negeri ini...seolah bak mimpi buruk yang enggan pergi..'Semoga bukan hanya justifikasi akan ketidakmampuan pemerintah saat ini, tapi lebih sebagai bahan introspeksi untuk terus memajukan negeri yang kata orang,"gemah ripah loh jinawi, bahkan tongkat-pun dilempar bisa tumbuh(hii...KLo ini jd ingat lagu masa kanak2 dahulu...^__^)'.

Saat itu, waktu menunjukkan jm.09.30 wibb. Sesuai planing sebelumnya, saya bertekad menaklukan daerah pertokoan Mangga Dua (informasi saja, bahwa sehari sblmny, saya sempat tanya ke beberapa teman yang saya yakini pasti tahu daerah Mangga Dua, termasuk pun saya minta kasih Rutenya. Meski kurang jelas informasinya, namun bekal awalan saya dapat juga dari salah satu teman dan dengan ini saya fikir cukup untuk berani berangkat besok.). Paginya sebelum berangkat, saya sempat tanya-tanya ke ibu kost tentang daerah tersebut, alhasil ada Rute lain ternyata yang jauh lebih minimalis..(hehe...cepat dan murah...! maksudnya). Mapingnya tenyata benar-benar surprise, cukup naik KRD (Kereta Rakyat itu loh, bukan Krisdayanti..hehe, maaf yach mbak Yanti) dan saya cukup merogoh kocek Rp. 1000;00 dan bisa sampai di Jayakarta. Hem...Pepatah "malu bertanya Sesat di jalan itu benar2 saya terapkan disini, meski banyak tanya juga kata dosen saya Malas Berfikir"..Hem..biarin ajalah. Yang pasti saya punya strategi cantik biar tidak terkesan ndak mau berfikir tadi.

Dengan santai, saya pun melenggang ke stasion Gondangdia untuk membeli tiket. Dan saat itulah saya terheran-heran dengan hanya cukup bayar 1000 perak...! So, take it easy azalah...setelah bertanya ke Pegawai KAI yang sedang jaga di loket tersebut tentang tujuan saya, yaitu ke Mangga Dua. Setelah menunggu beberap menit, datanglah KRD dan saat masuk..Hem, subhanallah...Harus Extra Hati2 Niy, bisa jadi ada tamu tak diundang mendatangi kita..hiii..sereeem.

Saat menunggu KRD datang tadi, saya sempat ngobrol dengan Bapak2 yang kebetulan juga akan naik KRD dan dari Bapak itulah saya banyak mendapatkan informasi terkait untuk memuluskan misi saya hari ini. Akhirnya sampai juga saya di Mangga Dua, hanya dengan beberapa menit naik KRD. Saya dapati di sana ada :Pasar pagi, ITC, Harco, WTC dan Mangga Dua Square... telah saya Taklukan petualangan saya hari ini..Puaaasss...meski dengan Hasil Nol Besar...Semua Tempat tersebut "TUTUP". Kecewa juga sebenarnya, karena dengan begitu besok saya harus teruskan lagie petualangan ini. Tapi hasil hari ini sementara cukup, survey berhasil di lakukan. Besok tinggal tembak ke Target Sasaran..(hehe...kayak perang2-an yach...?)

Jangan kecewa yang sempat membaca cerita di atas, karena ndak nyambung antara isi dengan judul, karena tadi itu baru prolognya..(hehe..maaf yach, panjang bangets...!), begini cerita ulangnya:
Saat perjalanan pulang dari Mangga Dua itulah, setelah saya beli ticket, ternyata salah salah jalur masuk. Harusnya kalau pulang masuk ke "Arah Manggarai" tapi saya masuk ke "Arah Kota". Namun, sepertinya "dewi kebaikan" masih berpihak pada saya, saat saya sedikit kebingungan datang seorang perempuan seumuran dengan saya tepat duduk di samping saya. Saat itulah saya tidak sia-siakan untuk langsung mengajaknya ngobrol panjang-lebar dan intinya bahwa "Saya salah jalur masuk". Tapi sarannya, agar saya ikut saja ke arah Kota trus nanti tidak usah turun, tapi langsung saja mengikuti kereta berangkat lagi. Saat itulah detik2 saya ragu, setelah sampai di Stasion kota, semua orang turun dan saya duduk terdiam (dalam fikiran, bener tdk yach saran mbak tadi...??). Tapi dengan segenap keyakinan, bahwa ini adalah benar...beberapa orang pun mulai masuk, termasuk 2 makhluk ini yang akhirnya menjadikan perjalanan pulang...Duh..Rabbi! "Nikmat mu yang manakah yang dapat saya dustakan?"

Orang I. Sebut Dwi, seorang gadis umuran sekitar 12 tahunan dengan jilbabnya yang lumayan rapi menjajakan aneka jepitan anak2, peniti, brous jilbab, dll berdiri tepat di depan saya duduk. Saat jarak yang dekat itulah saya coba memulai perbincangan dengan tujuan menanyakan, "apakah benar kereta ini ke arah Stasion Gondangdia?" dia pun menjawab' "Yach mbak". Hem..leganya. Setalah itu, dia juga tetap tidak beranjak, akhirnyalah obrolan kami berlanjut dan saya pun membeli jualan dia berupa" sebuah brous jilbab" yang cantik dengan harga yang lumayan....hii...

Orang II, sebut Sani, bocah kecil yang lumayan rapi, umuran sekitar 10 tahun. Tepatnya dia ada disamping saya duduk bebarengan dengan Dwi. Awalnya saya tidak "Ngeuh" dengan keberadaaan sani. Tapi saat saya sedang bercakap dengan Dwi, dia langsung ikut nimbrung dengan memberikan arah gambaran stasion tujuan saya pulang (Hem...bener2 dewi fortuna masih berpihak pada saya hehe...). Dalam fikiran saya, sani ini koq berani sekali yach, seumuran dia dah naik kereta sendiri. Di luar dugaan saya, dia tiba2 menawarkan sesuatu ke saya, "Kak mau beli kacang telur?" halah kaget. Tanya saya ulang, "Apa? kacang? emank adek jualan kacang?". Secepat kilat, tangannya langsung membuka tas hitamnya yang berisi bungkusan plastik hitam yang didalamnya ada dua jenis kacang, yakni kacang telur ama kacang koro. Meski sebenarnya tidak tertarik, kubeli juga kacang telurnya...(biar tambah akrab kitu!).
Dari situlah saya mulai berkenalan akrab dengan sani dan dwi. Keduanya sangat menyentuh hati saya. Sampai akhirnya tak terasa, kereta berhenti dan dwi adalah yang pertama turun. Dan kini tinggallah saya dan sani. Dalam obrolan itu, saya tanya,"Memangnya sani mau ke mana setelah ini?". Sani, "Mau jualan di Gajahmada". Tanya ulang saya, "Daerah mana tuh?", Jawabnya, "Nanti saya turun di sawah besar kak"...Serentak diiringi bulatan huruf ooo....dari saya.
Sani, "memangnya kaka mau ikut?"
Dalam hati, wah seru niy kayaknya ikut nemenin jualan Sani. Sejenak aku terdiam, otakku meminta untuk berpikir..keluarlah putusan yang sangat diplomatis, "Tapi nanti kaka tidak tahu pulangnya?" Gimana yach? atau kita bisa ketemu lagi kapan?."
Tanpa saya duga, Dia mengatakan ke saya. "Nanti kaka hub saya lewat No.xxx (No HP GSM an Juga No. Flexi Bapaknya). Duh...jadi pusing, ni bocah sebenarnya siap sich? (sempat berfikir negatif, jangan2...Jangan2...hehe..ahh ndak ah). Akhirnya obrolan kami mengalir, sampai dia mengatakan, " nanti kalau saya turun duluan, kaka hati2 yach, Kalau HP-nya bunyi jangan diangkat dan Tasnya Kalau bisa di"giniin" (sambil memperagakan tangannya mendekap erat tas miliknya). Duh...Rabbi! Siapa ini sebenarnya??
sebelum sani turun sempat saya tanya jati diri dia. Saya menanyakan, "Bapak sani kerja dimana?". Jawabnya, "Di BCA". Deg, kaget saya dibuatnya. Dalam khayal fikir saya, Bapaknya kerja di BCA, tapi koq dia jualan, hidup dijalanan kan sangat keras. Tapi segera otak ini saya putar, mungkin di BCA-nya bagian yang belakang dapur mungkin, tapi saya tidak membiarkan pikiran ini berlanjut, langsung pertanyaan lanjutan pun saya lontarkan, "Memangnya di BCA-nya bapak bagian apa?" Sani menjawab dengan sangat cepat, "Bagian keuangan", hem....(untung jantung ini masih sehat). Mulailah fikiran ini berontak untuk aku ikat agar tidak berpikir yang macam2, terlontarlah pertanyaan penjelas, "kenafa koq Sani berjualan?". Jawabnya, "dari pada bermain"...uhh...Jawabannya kali ini langsung membuat otak ku sedikit tenang, meski masih juga mau menyelidiki lebih jauh. Tapi karena dia (sani) hampir mau turun, saya hanya menegaskan ke dia,"kalau kaka hub Sani dan main ke rumah? boleh tidak?". Jawabnya, "Boleh kak". Yach itulah kira2 akhir dari obrolan asyik kami. Dan dia dengan tatapan agak aneh (menurut saya), bilang" kaka jangan duduk sendirian, nanti kalau saya sudah turun cari yang ramai" Duh...siapa ini bocah??

Sampailah KRD berhenti, di mana sani ku juga akhirnya meninggalkan aku dengan segudang tanya di benak ini. Segudang harapan untuk bertemu kembali pun mulai terencana, meski entah bisa atau tidak itu diwujudkan. Bahkan, since of Investigation ini sudah mulai mengusik untuk dituruti kemauannya. Sebuah nilai yang tak berharga aku dapatkan hari ini hanya dengan ticket Rp. 1500; hem....nilai yang funtastic.

Berkereta di Siang hari, Jakarta.


Wednesday, August 15, 2007

Kadang Diri ini harus dipaksa...!

Hari itu tepatnya, senin, 13 Agustus 2007, tepat 1 Sya'ban. Rutinitas kerja dilakukan seperti biasa tidak ada yang aneh atau spesial. Yang menjadi spesial adalah karena 1 dan sesuatu hal. Tidak terlalu istimewa mungkin bagi pihak lain, namun sangat spesial bagi saya. Sebuah SMS dari teman, sebut F3. Di singkat isi pesannya adalah..."Asw...ukhti, bsk dah mulai masuk sya'ban, jdkn bln ini pmanasn mjelang rmdhn. pbnyk shaum, shodaqoh, ibadah lainnya n doa...Klo ane bsalah, maafin aje...ok?.. :)" yach begitulah kira2 isinya. Tertegun sejenak ketika saya membukanya. Ada semacam hawa segar mulai menyirami keringnya hati ini...(Robbi, masihkah hambamu ini akan Engkau pertemukan di Ramadhan kali ini...?) masihkah aku dapatin raupan kemurahan dan kemenangan yang Engkau tabur di bulan itu"...Sampai akhirnya saya mem-forward ke beberapa teman, jika ada yang sempat mendapat SMS ini, maaf jika tidak berkenan...^___^

Hayo bangkit, jika hati kita engggan untuk mempersiapkan bekal menemui Ramadhan kali ini, paksakan ia...jangan biarkan hati kita menolaknya...Siapa tahu ini adalah Ramadhan terakhir yang Ia berikan ke Qta"...Wallahu'alam Bishowab.

Kebesaran Jiwa Atas Nama Cinta...^__^

Tahukah kau bahwa mencintai seseorang butuh kebesaran jiwa?...:

Pertama, kebesaran jiwa untuk menerima dirimu apa adanya. Seperti halnya engkau menerima diriku. Kebesaran jiwa itu yang menuntunku senantiasa menggali sisi-sisi terbaik darimu. I'm so glad we've made it.

Kedua, kebesaran jiwa untuk menambal kekurangan-kekuranganku, agar aku pantas menerima cintamu. Agar engkau bangga memilikiku, seperti bangganya aku memilikimu.

Ketiga, kebesaran jiwa untuk berteguh dengan komitmen kita, meskipun aku tahu, sangat sulit untuk bersetia. Tapi aku lebih yakin lagi, bahwa ketika aku menghargaimu dan menempatkan engkau dalam tempat terkhusus sebagai belahan jiwaku, aku akan mampu bersetia. Alloh tidak pernah menciptakan dua hati dalam satu rongga, bukan???

Keempat, kebesaran jiwa untuk senantiasa melihat dengan mata cinta, sehingga meski susah sungguh, I Love you more and more everyday. Walau terpisah jarak, aku percaya keimananmu akan membantu menjaga hati, meski dirundung sepi, demikian juga aku. Tapi bisakah kita memaknai sepi itu dengan iman, bahwa Allah bersama kita? Allah akan selalu menjagaku dan dirimu dalam rengkuhan cinta-Nya???

Kelima, kebesaran jiwa untuk mensyukuri setiap rindu dan cinta kita. Bahwa tidak setiap rindu itu harus dicari pelepasannya. Bahwa jalan Allah memasangkan kita dalam ikatan-Nya saja sudah satu anugerah tak terhingga. Lalu mengapa mesti mencari yang lain???

Keenam, kebesaran jiwa untuk mensyukuri setiap gejolak yang mencoba menghantam biduk kita. Begitu mudah mensyukuri nikmat, tapi amat sulit mensyukuri setiap cobaan. Lalu bila kita tidak dapat bersyukur, bagaimanakah lagi kita bisa bersabar, dan mau mengatasi cobaan itu berdua? pernahkan berpikir cinta, bagaimana jadinya bila tidak ada ombak yang menghantam biduk? Apakah biduk itu bisa disebut kuat? Belum jelas, kan? karena belum ada pengujinya. Lali bila ternyata biduk itu bocor saat dihantam ombak, bukankah kita bisa menambalnya berdua?

Dan Ketujuh, kebesaran jiwa untuk memberi dan meminta maaf.

entah apa yang kurasa sekarang, semoga engkau sama bersyukurnya sepertiku, atau mudah-mudahan lebih, meski aku tahu pasti, hanya dengan kebesaran jiwamu pula engkau memilihlu...Terima kasih untuk kesedianmu membagi hidupmu bersamaku...Terima kasih untuk memilihku menjadi belahan jiwaku...^___^

Disadur sempurna dari "Langit Masih Biru" Ifa Avianty.
Note :
Semoga pembaca tidak akan terkecoh dengan memposisikan penulis seolah-olah adalah subjek pelaku dari apa yang disadur dari Buku tersebut. Mungkin ini bisa menjadi sebuah rujukan ilmu untuk Qta2 yang merasa memiliki Cinta baik yang sekarang sudah menjalani Biduk Rumah tangga, yang akan maupun yang belum berencana ke sana...Semoga kemudahan dan keridhloan-Nya menyertai langkah Qta semua. Wallahu'alam Bishowab"

Wednesday, August 8, 2007

Rindu itu...!

Memank hidup kadang menyimpan segudang misteri
Tepatnya misteri hidup…(bolak-balik sedikit yach…!)
Yang kadang membuat jantung berdegup dengan kencangnya
Atau kadang mengalun lembut selaksa hati sang perindu
Kadang ia menghadirkan bahagia, getir, resah
Di saat yang tak menentu

Atau mungkin berisi ini, sebuah ungkapan hati, yang saya kutip dari seorang sahabat :

“Resah yang kupunya bagian dari rinduku
Bercerita inginku akan waktumu seperti mimpiku dulu
Kau akan tetap disitu di musim yang akan datang
Dimana waktu tak bergerak saat itu”

Atau justru itulah suara hati yang sebenarnya
Dengan segala kesibukan kita masing2, Sisi ini jadi terabaikan?
Atau bagi meraka yang tidak punya kegiatan rutin,
Ini menjadi khayalan liar bak cakrawala tak terbatas?
Semua kembali ke masing-masing
Bagaimana meletakkan sesuatu sesuai porsi dan kebutuhannya.

Inspirasi dari Dumai, Rabu sore hari

Tuesday, August 7, 2007

Ceritanya Pun Terjadi Sudah…

Menanti sesuatu yang dinanti itu…sesungguhnya sangatlah mendebarkan, dag…dig..dug jantung ini berdebar dibuatnya. Perencanaan, persiapan sampai pelaksanaan sebuah event dalam kehidupan, selalu menyimpan sebuah kisah tersendiri yang selalu nikmat untuk diikuti perkembangannya. Detik, menit, jam, hari berganti minggu, bulan dan seterusnya, akan selalu menarik untuk kita ikuti kisahnya. Tiap tetes keringat, ide-ide yang selalu berseliweran di benak yang terungkap maupun tidak, rasanya akan menjadi sebuah sajian skenario cerita yang menyimpan sejuta kisah tersendiri. Termasuk kisah satu ini yang membuat tulang belulang penyokong tubuh ini hampir tak kuasa lagie tegap secara normal…hii..tapi syukur selalu terucap dari lisan yang miskin dzikir akan keagungan kuasa-Nya. Istiqomahkan kami selalu Robbi. Amien.

Tepatnya, selasa 07 Agustus 2007, bertempat di Wisma Aula Serba guna Gelora Bung Karno, segenap usaha yang dipunya telah dikerahkan dengan maksimal untuk event yang ditunggu ini. Tentu untuk mendapat hasil yang maksimal pula. Secara hitungan di skenario kita, pelantikan ini akan berjalan sesuai dengan rencana yang sudah ditentukan, meski memang masih belum yakin betul, karena beberapa alternatif plan masih membuat kita belum yakin betul akan berhasil sesuai yang diharapkan. Dan sungguh di luar prediksi normal kita, mekanisme pelantikan ini menjadi tidak semulus harapan, karena tidak adanya kerjasama yang baik dari para advokat yang baru saja dilantik. Beberapa tanda/informasi peringatan, seperti “Harap Antri dengan Tertib” pun seolah hanya tempelan peringatan tanpa makna. Untuk sekaliber advokat/lawyer harusnya ini masalah, harus mengerti “atuh” tentang sebuah aturan. Bukan kah sebuah system yang baik memerlukan ‘Rule of game” agar semua berjalan semestinya? Heran memang kalau anda dengan mata kepala sendiri melihat kejadian siang tadi. Tontonan gontok-gontokan sesama advokat untuk ikut dalam barisan antrian SK dan KTPA pun menjadi motifasi utama, mengingat momentum ini sudah sekian tahun dinantikan. Alhasil, dari kisah teman-teman bagian keamanan, kisah pelecehan sexual pun terjadi, meski tidak secara terang-terangan dan hal ini sangat disayangkan, terjadi di kalangan profesionalisme hukum, yang notabene kalangan terdidik (smg bukan sebuah pembenaran generalisasi).

Ceritanya, dimulai! Pada saat awal-awal loket pengambilan SK, KTPA dan Berita Acara Sumpah tersebut di buka, sistem antrian berjalan tertib, namun yach..lagi-lagie…ini adalah hal yang sangat disayangkan terjadi, gontok-gontakan dimulai dan ini terjadi sampai akhir antrian hampir 772 orang, dimana semua terkonsentrasi di ruangan yang tidak seberapa luas. Akhirnya kita yang bertugas untuk itu, ini adalah saat-saat yang sangat “mengerikan” (lebih tepat ditafsirkan : sirkulasi udara jadi terbatas, kenyamanan kerja mulai tidak ada dan rasa kesal dengan berbagai karakter orang yang dihadapi menambah ujian kesabaran kita). Semoga ini akan menjadi cerminan kita, sebagai orang yang mungkin bagian dari sedikit orang yang diberikan kesempatan untuk bisa menikmati ilmu hokum, harusnya bisa menerapkan setiap hal yang harus ditaati di mana pun kita beradi, baik secara situasi maupun lokasi di mana kita berada. Semoga akan jauh lebih baik …Gambatte Ne! Jakarta telah tertaklukan...mari terus berjuang...Gambari Mashoo...!Gomen, cape'...mau tidur...:)daag...

Wednesday, August 1, 2007

GRATIFIKASI

Perspektif Yuridis

Korupsi Seringkali berasal dari kebiasaan yang tidak disadari oleh Pegawai Negeri dan Pejabat Penyelenggara Negara, misal penerimaan hadiah oleh Pejabat dan Keluarganya dalam suatu acara pribadi , atau menerima pemberian tertentu seperti diskon yang tidak wajar atau fasilitas perjalanan.Hal semacam ini lama kelamaan akan menjadi kebiasaan yang cepat atau lambat akan mempengaruhi pengambilan keputusan oleh Pegawai Negeri atau Pejabat Penyelenggara Negara yang bersangkutan. Banyak orang berpikir dan berpendapat bahwa pemberian itu sekedar tanda terima kasih dan sah-sah saja. Namun perlu disadari , bahwa pemberian tersebut selalu terkait dengan jabatan yang dipangku oleh penerima serta kemungkinan adanya kepentingan –kepentingan dari pemberi, dan pada saatnya Pejabat penerima akan berbuat sesuatu untuk kepentingan pemberi sebagai balas jasa.Karena itulah UU mengatur tentang Gratifikasi yaitu pemberian dalam arti luas kepada Pegawai Negeri dan Pejabat Penyelenggara Negara.Ada baiknya kita ketahui dengan benar, apa saja yang termasuk dalam katagori korupsi, agar kita bisa mulai memperbaiki sikap dan perilaku kita dalam rangka memberantas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme di negeri tercinta ini.Dasar Hukum :Pasal 12B ayat (1) UU No. 31/1999 yo UU No. 20/2001, berbunyi SetiapGratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya. Pasal 12C ayat (1) UU No. 31/1999 yo UU No. 20/2001, berbunyi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12B ayat (1) tidak berlaku, jika penerima melaporkan gratifikasi yang diterimanya kepada KPK. PengertianMenurut UU No.31/1999 yo UU No. 20/2001 Bab penjelasan Pasal 12B ayat (1), Gratifikasi adalah : Pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang, barang, rabat (diskon), komisi, [pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan wisata, pengobatan Cuma-Cuma dan fasilitas lainnya.)Penyelenggara Negara (PN) (UU No. 28 /1999)1. Pejabat Negara pada Lembaga Tertinggi Negara;2. Pejabat Negara pada Lembaga Tinggi Negara;3. Menteri;4. Gubernur;5. Hakim;6. Pejabat negara yang lain :
(a. Duta besar b. Wakil Gubernur c. Bupati/Walikota) 7. Pejabat lain yang memiliki fungsi strategis a. Komisaris, Direksi dan Pekjabat Strutural pada BUMN dan BUMD b. Pimpinan BI c. Pimpinan Perguruan Tinggid. Pejabat Eselon satu dan Pejabat lain yang disamakan pada lingkungan Sipil & Militere. Jaksaf. Penyisikg. Panitera Pengadilanh. Pimpinan Proyek atau Bendaharawan ProyekPegawai NegeriSesuai dengan UU No. 31 tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 20 tahun 2001

Perspektif Sosiologis

Gratifikasi dipahami dari sudut pandang normatif adalah menjadi keharusan, yang Law enforcement-nya menjadi tanggung jawab instansi/lembaga Negara yang telah ditentukan. Dalam system peradilan pidana di Indonesia sudah jelas, yaitu Hakim, Jaksa, Polisi dan yang sekarang memiliki kewenangan superbody adalah KPK. Lantas, bagaimana memahami gratifikasi dari sudut pandang selain pejabat Negara, apakah masih akan berlaku juga istilah gratifikasi atau yang lain???
Dalam konteks paparan kali ini, sudut pandang yang saya ambil adalah PERADI sebagai organisasi advokat yang dibentuk berdasarkan amanat UU No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat. Jika demikian, apakah secara serta merta PERADI dapat dikategorikan sebagai bagian dari pejabat Negara??? Tentu akan banyak jawaban dengan berbagai sudut pandang yang berbeda.

Lantas sejauh mana gratifikasi ini bisa berlaku terhadap organisasi profesi yang juga melakukan public service layaknya pejabat negara???
Dari aspek fungsional, PERADI jelas melakukan pelayanan umum kepada advokat maupun calon advokat. Hal ini tentu sangat rentan terjadinya praktek KKN dengan motif tujuan yang beranekaragam. Sehingga diperlukan suatu sistem yang mengarah terciptanya clean organization atau di pemerintahan di kenal istilah Clean Governance.

Di sisi lain PERADI sebagai organisasi advokat, sifatnya independent, artinya secara structural dalam system pemerintahan, tidaklah dapat dikategorikan sebagai pejabat Negara, mengingat secara logika administrasi pun tidak terikat dengan procedural keuangan apalagi kebijakan Negara. Ia menjadi organisasi profesi dengan para anggota adalah professional advokat. Sehingga sudut pandang PERADI sebagai bagian dari pejabat negara menjadi kabur. Lantas, apakah masih akan berlaku istilah Gratifikasi dalam hal ini ataukah pemberlakuan Gratifikasi/law enforcement-nya bisa diberlakukan terhadap pengurus dan staff kesekretariatan PERADI. Tentu dalam memandang hal ini jangan disalah tafsirkan KKN yang berlaku keluar (artinya diluar keanggotaan) tapi lebih cocok adalah intern keanggotaan PERADI, karena kalau diberlakukan KKN ke luar dari lingkup PERADI, jelas itu akan menjadi pidana korupsi dan tidak bisa ditawar akan berlaku ketentuan-ketentuan yang relevan dengan tindak pidana yang terjadi.

Secara de Facto, ditilik dari SDM yang mayoritas masih kategori usia muda, kesekretariatan PERADI adalah modal awal yang sangat potensial untuk diciptakannya kondisi organisasi yang bersih dari KKN, baik dari eksternal maupun dari internal anngota PERADI itu sendiri. Hanya saja, akan menjadi "mandul" jargon-jargon terciptanya organisasi yang bersih, sementara aspek-aspek yang menjadi kebutuhan kesekretariatan sebagai penopang organisasi ini terabaikan, Misal, aspek ekonomi yaitu pendapatan yang musti diimbangkan dengan besarnya tanggung jawab yang harus dipikulnya. Hal ini karena sangat besar andilnya dalam tercipta atau tidak terciptanya sebuah organisasi profesi yang diidamkan. Aspek lain adalah peraturan organisasi sebagai Rule of Game-nya. Tanpa adanya aturan, akan mustahil sebuah organisasi dapat berjalan dengan baik. Selain aspek-aspek yang lain seperti komunikasi dan lain-lain. Karena tidak cukup hanya dengan SDM yang baik saja, tapi juga dibutuhkan sebuah system yang baik pula. Jadi penggunaan istilah gratifikasi jika diberlakukan dalam konteks organisasi PERADI, perlu dilakukan pembahasan lebih dalam untuk ditemukan sebuah formula yang susuai dengan kebutuhan dan system kerja organisasi.