Saturday, September 22, 2007

Duhai ibu...

Ahad, 23 September 2007, Subuh baru saja usai kutunaikan berjama’ah di Musholla dekat kost. Aktifitas hari ini, sudah kumulai dari jm.02.00 dini hari tadi. Mulai menyuci, sholat malam disambung tilawah sampai jm.04.00. Sisa waktu kumanfaatkan untuk sahur sampai subuh itu pun selesai kutunaikan. Aku mulai merebahkan badanku yang mulai meronta untuk minta rehat. Tiba-tiba kudengar dering ringtone Nocturne yang sempat mengagetkan ku. Oh..My sweet Home...Oh ibu...Tahu saja,kalau anakmu ini sangat merindukanmu.

Salam pun memulai pembicaraan kita. Berikut petikan pembicaraan kita dengan durasi kurang lebih 20 menit (Bahasa sudah di gubah dari Jawa ke Indonesia):
Nur : “Yes..”
Ibu :
Assalamu’alaikum..
Nur :
Wa’alaikum salam
“ibu gimana sehat? Ibu...Koq lama tidak telpon? (Masih protes ajah...Dalam hati, duh..maaf harusnya saya sebagai anak yang proaktif mendahului hubungi rumah).
Ibu : Alhamdulillah...iya...Ramadhan sekarang seperti jatah keluraga masih banyak, lumayan ramai tiap hari..
Nur : Oh yach...?kenafa?

Mulailah ibu bercerita dengan khasnya penuh tawa.


Mulai dari keluarga kakak-kakak saya yang turut meramaikan rumah kami. Maklum, untuk ukuran didaerah, rumah kami yang lumayan besar itu hanya dihuni oleh ibu seorang, semenjak kepergian Ayahanda tercinta...(duh...Jadi sedich. Aku janji bu...Ikutlah aku kelak kalau aku dah punya keluarga. Biar bakti anakmu ini terasa di hari tuamu...Meski kau selalu menolaknya, sebagaimana kakak-kakak juga menawari hal yang sama. Katamu, engkau lebih nyaman di rumah sendiri). Alhamdulillah, dengan inisiatif dari Mas tertua, ada tetangga yang mau menemani beliau di malam hari, tentu kita memberikan hak tetangga itu. Syukurlah...

Aku pun mulai menanyakan satu-persatu keluarga kakak dan terutama keponakan-keponakan ku yang lucu-lucunya. Sekedar informasi, alhamdulillah Saya telah dikarunia keponakan 9 (7 laki-laki dan 2 perempuan). 3 diantaranya kembar, namun karena tidak identik saya melihat kakak saya serasa punya 3 anak dalam satu waktu dengan usia sama. Duh...hal yang sangat membahagiakan. Hal yang sama kalau saya pulang kampung, rasa bahagia sudahlah tentu bisa bercengkrama bersama. Sekarang usianya hampir 3 tahun. Dari mereka itulah, saya melihat bagaimana kakak saya berusaha menjadi ayah yang adil terhadap ketiganya. Hal yang sangat menggelikan kadang dan berbalut kasihan, ketika ketiga-tiganya meminta gendong Ayahnya..kakak saya “kwalahan”(Yach iya lah, bayangkan 3, kalau 2 masih mungkin kanan dan kiri. Kalau 3?) Atau bagaimana ketika mereka bertiga berantem...Duh...Gemeesss...!

Cerita ibu pun masih berlanjut. Kali ini dari si cantik “revalina arilya devi.”Keponakanku dari Mbak Dewi ini, tergolong pemberani, layaknya cowok, usianya kurang lebih hampir 2 tahun. Maklum cewek sendiri diantara keponakan-keponakan yang lain (Di madiun), karena cewek satu lagi di Pamulang. Dari cerita ibu, katanya beberapa hari yang lalu dia kena serangan gatal-gatal di kulit. Berikut petikan seputar pecakapan si cantik dengan mbah uti (Mbah putri maksudnya, maklum anak-anak dan itu tidak lain adalah ibu), seperti yang dituturkan ibu pada saya :
Reva :“mbah uti, aku ke rumah mbah yach?”
Mbah uti : Iyach...Sekarang dimana?
Reva : “Masih di mobil, abiz disuntik”
(Hix2...Nur akan terjemahkan dari paparan ibu. Suatu saat dia kena gatal-gatal kulit. ibu menyarankan ke mbak untuk membawanya ke dokter kulit, biar tahu apa sebabnya. Jadilah dia dibawa ke dokter).


Percakapan mereka pun dilakukan ketika masih di perjalanan. Setelah sampai di depan rumah, proteslah dia (reva),berikut petikannya :
Reva : “mbah uti...Koq pintunya ditutup?”
Mbah uti : “tidak dikunci koq, masuk ajah”

Hem...masuklah dia akhirnya bersama Bapak-Ibunya..dengan gayanya itu (yach, gaya pemberaninya...hehe). Duh...Kata ibu, makin cerewet ajah nur...Ndak takutan. Bahkan si kembar ajah kalah ama dia, begitu kata ibu. Hix2....kangeen...pengin pulang...

Percakapan seputar keponakan-keponakan sampai di situ, sebelum akhirnya saya pun bak tak mau mengalah dari keponakan-keponakanku yang masih mau diperhatikan. Saya pun menceritakan apa yang saya alami akhir-akhir ini (maaf kali ini tidak akan saya di ceritakan disini)...sampai akhirnya saya harus mengingatkan ke Ibu...Kalau nanti tidak distop bisa bengkak tagihan rumah loh bu...

Terpenting pagi ini, saya merasakan kebahagian luar biasa...serasa pulang kampung. Tunggu aku di kampung...InsyaAllah...Semoga Allah berikan sisa usia sampai ke sana dan Barakah, selamat dari dan sampai tujuan. Bisa berkumpul bersama, canda gurau bersama dalam nuansa Fitri nan damai.
Kakak-kakak yang tidak di Madiun...Hayo kita pulang kampung...Insyaallah Keluarga Mbak anis, pulang koq ibu...Tapi keluarga Mas Agus, nur belum bisa kontak lagi. Coba nanti saya kontak...Biar kita bisa berkumpul bersama.

Kasih ibu sepanjang masa
Tak berharap balasan
Namun, wahai anak-anak
Apa yang telah kau berikan padanya kini?

Wanita perkasa sepanjang zaman
Bak karang tak goyah diterjang badai
Usia yang merambat di senja ini
Makin menampakkan kau sungguh wanita perkasa


No comments: