Ramadhan baru saja menyapa
Saat yang dinanti itu telah tiba
Segudang harapan untuk menyambut kedatangannya pun tlah terencana
Untuk menjadikan Ramadhan kali ini lebih bermakna
Namun apa daya
Rencana tinggal rencana
Sang penentu waktu jua yang lebih berkuasa atas segalanya
Kini semua tinggal asa
Ia datang bak perenggut kebahagiaan
Kini Rumah, surau-surau itu telah luluh lantah
Tiada lagi terdengar riuh anak-anak mengaji
atau cemeti hukuman sang ustad karena kebandelan anak-anak
Semua tergantikan dengan jerit tangis..
Ibu...kemana bapak...
Mana seragam sekolah dan buku-bukuku bu...
Ibu...Lapar...
Ibu...kemana kita akan tinggal...
Seolah jeritan tangis itu tak jua beranjak
Silih berganti ratapan itu menghiasi Ramadhan kali ini
Kapankah duka ini akan pergi
Berganti kekhusukan mengisi amalan di bulan suci
Ramadhan di hati...
Dwilogi
Bengkulu dan padang disana...
Bersamaan dengan kedatangan bulan penuh berkah, bulan penuh rahmat dan bulan penuh ampunan, cobaan itu datang. Gempa itu datang jua atas titah sang pencipta alam semesta ini. Kini, saudara-saudara kita di Bengkulu dan Padang, harus menikmati Ramadhan dalam keadaan yang sangat memprihatinkan. Ramadhan yang harusnya bisa dijalani dengan penuh suka cita dan kebersamaan bersama keluarga, kini harus dihabiskan di camp-camp pengungsian. Tidak ada lagi hidangan di meja makan saat santap sahur atau kebahagian berbuka dengan hidangan istimewa yang disiapkan ibu tercinta. Semua kini harus dinikmati dalam kebersamaan sebagai penghuni camp pengungsian.
Jakarta disini...
Agenda mengisi Ramadhan telah disusun. Dengan tekad ramadhan kali ini harus jauh lebih baik dari Ramadhan. Tenang, damai dan aman sangat mendukung Ramadhan ini bisa diisi dengan amalan-amalan fardhi. Ahh tenangnya ramadhan kali ini...sehingga semua targetan Ramadhan kali ini bisa di penuhi...
Sahabat...
2 gambaran di atas, patut kita jadikan bahan renungan saat ini. Memang sah-sah saja dan memang sangat dianjurkan untuk memperbanyak amalan di bulan Ramadhan ini. Namun, masih kah kita menyisihkan di relung hati kita untuk juga turut berempati merasakan apa yang sekarang dialami saudara-saudara kita yang sedang diuji dengan cobaan ini? Atau bahkan kita tidak tahu atau jangan-jangan tidak mau tahu alias tutup mata dengan informasi kekiniaan seputar kejadian di negeri kita ini...tanyalah pada diri kita masing-masing...
Kesholehan tidak cukup hanya diukur dari kadar kesholehan pribadi, namun jauh lebih dari itu dibutuhkan sebuah komunitas kesholehan sosial. Tidak hanya sekedar berdiam menyepi dan menutup rapat-rapat akses informasi luar atau tidak mau bergaul.
Jika boleh meminta, mereka, saudara-saudara kita nun jauh di sana, butuh uluran kita. Harta tidak kita punya, janganlah terlalu kikir dengan menyelipkan lantunan do’a dalam sujud panjang kita. Kelak beban itu akan diangkat dari pundak saudara-saudara kita disana. Sehingga bisa menikmati nuansa Ramadhan kali ini dalam kondisi yang tak jauh berbeda dengan kondisi kita disini..
Robbi...
Kemanakah kaki ini akan melangkah kini
Jika tanpa tuntunan dari-Mu...
Tentulah kesesatan yang kan kutemu...
Robbi..
Rasa-rasanya aku tak kuasa lagi menahan apa yang ada kini
Masihkah ada harapan lebih baik di esok hari?
Hingga Engkau angkat beban di pundak yang kian hari kian terasa sarat ini?
Harapku selalu untuk itu...
Kebahagian dalam keindahan Cahaya Ramadhan-Mu...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment