Merdeka...! Tepatnya, hari ini adalah hari jum'at, 17 agustus dimana hampir setiap sudut rumah, Rw, Rt sedang marak-maraknya bertebaran merah putih dengan serangkaian acara 17-an. Hal itu tentu sangat menimbulkan kesan tersendiri bagi kita bangsa Indonesia yang telah memproklamirkan diri sebagi bangsa merdeka, bebas dari segala belenggu yang menindas.
Namun, benarkah bangsa ini benar-2 telah merdeka? Dimana setiap orang tanpa status yang harus dibeda-bedakan dapat menikmati buah sebagai bangsa yang merdeka? kesejahteraan, keamanan dll. Bisa jadi, budaya 17-an dan semaraknya yang sangat2 membudaya dengan berbagai rangkaian perlombaan, menjadikan kita lena, dengan makna "kemerdekaan" yang sejatinya. Sesudahnya, PR besar masih menanti untuk digarap, agar Indonesia benar-benar menjadi bangsa yang merdeka seutuhnya. Indikator angka tingkat pengangguran yang terus meningkat, anak2 yang putus sekolah terus bertambah, dan masih banyak Rapor merah negeri ini...seolah bak mimpi buruk yang enggan pergi..'Semoga bukan hanya justifikasi akan ketidakmampuan pemerintah saat ini, tapi lebih sebagai bahan introspeksi untuk terus memajukan negeri yang kata orang,"gemah ripah loh jinawi, bahkan tongkat-pun dilempar bisa tumbuh(hii...KLo ini jd ingat lagu masa kanak2 dahulu...^__^)'.
Saat itu, waktu menunjukkan jm.09.30 wibb. Sesuai planing sebelumnya, saya bertekad menaklukan daerah pertokoan Mangga Dua (informasi saja, bahwa sehari sblmny, saya sempat tanya ke beberapa teman yang saya yakini pasti tahu daerah Mangga Dua, termasuk pun saya minta kasih Rutenya. Meski kurang jelas informasinya, namun bekal awalan saya dapat juga dari salah satu teman dan dengan ini saya fikir cukup untuk berani berangkat besok.). Paginya sebelum berangkat, saya sempat tanya-tanya ke ibu kost tentang daerah tersebut, alhasil ada Rute lain ternyata yang jauh lebih minimalis..(hehe...cepat dan murah...! maksudnya). Mapingnya tenyata benar-benar surprise, cukup naik KRD (Kereta Rakyat itu loh, bukan Krisdayanti..hehe, maaf yach mbak Yanti) dan saya cukup merogoh kocek Rp. 1000;00 dan bisa sampai di Jayakarta. Hem...Pepatah "malu bertanya Sesat di jalan itu benar2 saya terapkan disini, meski banyak tanya juga kata dosen saya Malas Berfikir"..Hem..biarin ajalah. Yang pasti saya punya strategi cantik biar tidak terkesan ndak mau berfikir tadi.
Dengan santai, saya pun melenggang ke stasion Gondangdia untuk membeli tiket. Dan saat itulah saya terheran-heran dengan hanya cukup bayar 1000 perak...! So, take it easy azalah...setelah bertanya ke Pegawai KAI yang sedang jaga di loket tersebut tentang tujuan saya, yaitu ke Mangga Dua. Setelah menunggu beberap menit, datanglah KRD dan saat masuk..Hem, subhanallah...Harus Extra Hati2 Niy, bisa jadi ada tamu tak diundang mendatangi kita..hiii..sereeem.
Saat menunggu KRD datang tadi, saya sempat ngobrol dengan Bapak2 yang kebetulan juga akan naik KRD dan dari Bapak itulah saya banyak mendapatkan informasi terkait untuk memuluskan misi saya hari ini. Akhirnya sampai juga saya di Mangga Dua, hanya dengan beberapa menit naik KRD. Saya dapati di sana ada :Pasar pagi, ITC, Harco, WTC dan Mangga Dua Square... telah saya Taklukan petualangan saya hari ini..Puaaasss...meski dengan Hasil Nol Besar...Semua Tempat tersebut "TUTUP". Kecewa juga sebenarnya, karena dengan begitu besok saya harus teruskan lagie petualangan ini. Tapi hasil hari ini sementara cukup, survey berhasil di lakukan. Besok tinggal tembak ke Target Sasaran..(hehe...kayak perang2-an yach...?)
Jangan kecewa yang sempat membaca cerita di atas, karena ndak nyambung antara isi dengan judul, karena tadi itu baru prolognya..(hehe..maaf yach, panjang bangets...!), begini cerita ulangnya:
Saat perjalanan pulang dari Mangga Dua itulah, setelah saya beli ticket, ternyata salah salah jalur masuk. Harusnya kalau pulang masuk ke "Arah Manggarai" tapi saya masuk ke "Arah Kota". Namun, sepertinya "dewi kebaikan" masih berpihak pada saya, saat saya sedikit kebingungan datang seorang perempuan seumuran dengan saya tepat duduk di samping saya. Saat itulah saya tidak sia-siakan untuk langsung mengajaknya ngobrol panjang-lebar dan intinya bahwa "Saya salah jalur masuk". Tapi sarannya, agar saya ikut saja ke arah Kota trus nanti tidak usah turun, tapi langsung saja mengikuti kereta berangkat lagi. Saat itulah detik2 saya ragu, setelah sampai di Stasion kota, semua orang turun dan saya duduk terdiam (dalam fikiran, bener tdk yach saran mbak tadi...??). Tapi dengan segenap keyakinan, bahwa ini adalah benar...beberapa orang pun mulai masuk, termasuk 2 makhluk ini yang akhirnya menjadikan perjalanan pulang...Duh..Rabbi! "Nikmat mu yang manakah yang dapat saya dustakan?"
Orang I. Sebut Dwi, seorang gadis umuran sekitar 12 tahunan dengan jilbabnya yang lumayan rapi menjajakan aneka jepitan anak2, peniti, brous jilbab, dll berdiri tepat di depan saya duduk. Saat jarak yang dekat itulah saya coba memulai perbincangan dengan tujuan menanyakan, "apakah benar kereta ini ke arah Stasion Gondangdia?" dia pun menjawab' "Yach mbak". Hem..leganya. Setalah itu, dia juga tetap tidak beranjak, akhirnyalah obrolan kami berlanjut dan saya pun membeli jualan dia berupa" sebuah brous jilbab" yang cantik dengan harga yang lumayan....hii...
Orang II, sebut Sani, bocah kecil yang lumayan rapi, umuran sekitar 10 tahun. Tepatnya dia ada disamping saya duduk bebarengan dengan Dwi. Awalnya saya tidak "Ngeuh" dengan keberadaaan sani. Tapi saat saya sedang bercakap dengan Dwi, dia langsung ikut nimbrung dengan memberikan arah gambaran stasion tujuan saya pulang (Hem...bener2 dewi fortuna masih berpihak pada saya hehe...). Dalam fikiran saya, sani ini koq berani sekali yach, seumuran dia dah naik kereta sendiri. Di luar dugaan saya, dia tiba2 menawarkan sesuatu ke saya, "Kak mau beli kacang telur?" halah kaget. Tanya saya ulang, "Apa? kacang? emank adek jualan kacang?". Secepat kilat, tangannya langsung membuka tas hitamnya yang berisi bungkusan plastik hitam yang didalamnya ada dua jenis kacang, yakni kacang telur ama kacang koro. Meski sebenarnya tidak tertarik, kubeli juga kacang telurnya...(biar tambah akrab kitu!).
Dari situlah saya mulai berkenalan akrab dengan sani dan dwi. Keduanya sangat menyentuh hati saya. Sampai akhirnya tak terasa, kereta berhenti dan dwi adalah yang pertama turun. Dan kini tinggallah saya dan sani. Dalam obrolan itu, saya tanya,"Memangnya sani mau ke mana setelah ini?". Sani, "Mau jualan di Gajahmada". Tanya ulang saya, "Daerah mana tuh?", Jawabnya, "Nanti saya turun di sawah besar kak"...Serentak diiringi bulatan huruf ooo....dari saya.
Sani, "memangnya kaka mau ikut?"
Dalam hati, wah seru niy kayaknya ikut nemenin jualan Sani. Sejenak aku terdiam, otakku meminta untuk berpikir..keluarlah putusan yang sangat diplomatis, "Tapi nanti kaka tidak tahu pulangnya?" Gimana yach? atau kita bisa ketemu lagi kapan?."
Tanpa saya duga, Dia mengatakan ke saya. "Nanti kaka hub saya lewat No.xxx (No HP GSM an Juga No. Flexi Bapaknya). Duh...jadi pusing, ni bocah sebenarnya siap sich? (sempat berfikir negatif, jangan2...Jangan2...hehe..ahh ndak ah). Akhirnya obrolan kami mengalir, sampai dia mengatakan, " nanti kalau saya turun duluan, kaka hati2 yach, Kalau HP-nya bunyi jangan diangkat dan Tasnya Kalau bisa di"giniin" (sambil memperagakan tangannya mendekap erat tas miliknya). Duh...Rabbi! Siapa ini sebenarnya??
sebelum sani turun sempat saya tanya jati diri dia. Saya menanyakan, "Bapak sani kerja dimana?". Jawabnya, "Di BCA". Deg, kaget saya dibuatnya. Dalam khayal fikir saya, Bapaknya kerja di BCA, tapi koq dia jualan, hidup dijalanan kan sangat keras. Tapi segera otak ini saya putar, mungkin di BCA-nya bagian yang belakang dapur mungkin, tapi saya tidak membiarkan pikiran ini berlanjut, langsung pertanyaan lanjutan pun saya lontarkan, "Memangnya di BCA-nya bapak bagian apa?" Sani menjawab dengan sangat cepat, "Bagian keuangan", hem....(untung jantung ini masih sehat). Mulailah fikiran ini berontak untuk aku ikat agar tidak berpikir yang macam2, terlontarlah pertanyaan penjelas, "kenafa koq Sani berjualan?". Jawabnya, "dari pada bermain"...uhh...Jawabannya kali ini langsung membuat otak ku sedikit tenang, meski masih juga mau menyelidiki lebih jauh. Tapi karena dia (sani) hampir mau turun, saya hanya menegaskan ke dia,"kalau kaka hub Sani dan main ke rumah? boleh tidak?". Jawabnya, "Boleh kak". Yach itulah kira2 akhir dari obrolan asyik kami. Dan dia dengan tatapan agak aneh (menurut saya), bilang" kaka jangan duduk sendirian, nanti kalau saya sudah turun cari yang ramai" Duh...siapa ini bocah??
Sampailah KRD berhenti, di mana sani ku juga akhirnya meninggalkan aku dengan segudang tanya di benak ini. Segudang harapan untuk bertemu kembali pun mulai terencana, meski entah bisa atau tidak itu diwujudkan. Bahkan, since of Investigation ini sudah mulai mengusik untuk dituruti kemauannya. Sebuah nilai yang tak berharga aku dapatkan hari ini hanya dengan ticket Rp. 1500; hem....nilai yang funtastic.
Berkereta di Siang hari, Jakarta.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment