Tokoh momunental di kalangan Al-Ikhwan satu ini, adalah sosok yang begitu Tegas dan Berani, pemilik jiwa-jiwa Pengobar itu tak lain Ustadz Umar Abdul Fattah bin Abdul Qadir Mushthafa Tilmisan. Lahir dan besar dalan suasana yang jauh dari bid’ah. Sampai akhirnya beliau mengambil Kuliah di Fakultas Hukum dan jalan “Lawyer” menjadi pilihannya untuk berjuang bersama Al-Ikhwan.
Kesibukan beliau sebagai pengacara tidak membuatnya lupa untuk selalu menuntut ilmu. Beliau banyak menelaah berbagai ilmu, seperti : tafsir, hadits, fiqh, sirah, tarikh dan biografi tokoh. Syaikh Umar Tilmisani juga mengikuti perkembangan berbagai konspirasi-konspirasi yang bertujuan menjatuhkan umat Islam.
Di era modern seperti sekarang, sosok lawyer yang memiliki kejernihan hati, kebersihan jiwa, kehalusan ucapan, keindahan ungkapan yang keluar dari lisannya, lidah yang fasih dengan teknik berdebat dan dialog yang sangat tersusun layaknya Umar Tilmisani, begitu sulit dijumpai, saya tidak mengatakan “tidak” ada, sekali lagi sangat sulit, dan sudah saatnya sosok tokoh satu ini dihidupkan kembali untuk mendukung terbentuknya lawyer-lawyer yang handal di negeri ini, tidak hanya handal dari sisi profesionalitas tapi juga sisi religi yang begitu kental, mewarnai tiap langkahnya.
Suatu ketika, Umar Tilmisani ini menceritakan tentang dirinya :”karena itu saya tidak bermusuhan dengan siapapun, kecuali dalam rangka membela kebenaran atau mengajak menerapkan kitabullah. Kalaupun ada permusuhan, maka itu berasal dari pihak mereka, bukan dariku. Saya bersumpah untuk tidak menyakiti seorangpun dengan kata-kata kasar, meskipun tidak setuju dengan kebijakannya atau bahkan dia menyakitiku. Karena itu, tidak pernah terjadi permusuhan antara diriku dengan seseorang karena masalah pribadi". Al hasil, tidak berlebihan kalau disimpulkan bahwa siapapun yang keluar dari majelisnya pasti mengagumi, menghormati dan mencintai tokoh unik ini. Dan sifatnya yang tak kalah unik, adalah beliau sangat pemalu, seperti diketahui orang-orang yang mengenalnya dari dekat.
Sisi lain era dulu dan sekarang, jika beliau menjadi tegas dan tegar lantaran pemerintah saat itu memenjarakan beliau hingga hampir dua puluh tahun, bagaimana dengan kita saat ini? Alam demokrasi sudah semakin membuat kita leluasa dalam berkreasi dan mengeksplorasi diri, namun akankah jiwa-jiwa pembaharu itu juga muncul di kita? Bagaimana kita dapat mengutip hikmah dari beliau, ketika dalam wawancaranya beliau mengatakan, :”Tabiat yang membesarkanku membuatku benci kekerasan, apapun bentuknya. Ini bukan hanya sekedar sikap politik, tetapi sikap pribadi yang terkait erat dengan struktur keberadaanku. Bahkan, andai didzalimi, saya tidak akan menggunakan kekerasan. Mungkin saya menggunakan kekuatan untuk mengadakan perubahan, bukan untuk kekerasan.”
Dalam untain nasehatnya terhadap generai muda, Syaikh Umar Tilmisani berkata :”Tantangan akan semakin berat dan sukar, bagi mereka yang berjuang di jalan kebenaran. Meski begitu, unsur lain yang tidak kalah penting, menurut beliau adalah Yakin pada sang Pencipta. Bagaimana kisah ini dapat terbukti pada saat peperangan antara pasukan Thalut dan Jalut. Menurut logika dan akal manusia, pasukan Thalut yang beriman tidak mampu melawan Jalut dan tentaranya. Tetapi, ketika pasukan kaum mukmin yakin kemenangan itu datang dari Allah Ta’ala, bukan hanya bergantung pada jumlah pasukan dan kelengkapan persenjataan, maka mereka dapat mengalahkan Jalut dengan izin Allah Ta’ala. Saya tidak meremehkan kekuatan pribadi, juga tidak meminta da’i selalu membisu, zikir dengan menggerakkan leher ke kanan dan ke kiri, memukulkan telapak tangan dan menengadahkan dagu, karena itu semua bencana yang membahayakan dan mematikan. Sesungguhnya yang saya inginkan ialah berpegang teguh dengan wahyu Allah Ta’ala, berjihad dengan kalimat yang benar, tidak menghiraukan gangguan, menjadikan diri sebagai teladan dalam kepahlawanan, bersikap ksatria, istiqomah dan yakin bahwa Allah Ta’ala pasti menguji hamba-hamba-Nya dengan rasa takut, lapar, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, agar dapat diketahui siapa yang tulus dan siapa yang munafik. Aspek-aspek inilah yang merupakan faktor-faktor penyebab kemenangan. Kisah-kisah di dalam Al-Quran merupakan argumen paling baik dalam masalah ini."
Semangat pemuda yang diiringi pemahaman mendalam tidak memerlukan banyak eksperimen, tetapi sangat memerlukan kesabaran, kekuatan dan komitmen pada aturan Al-Quranul Karim, dan mengkaji sirah generasi pendahulu yang telah menerapkannya di setiap aktivitas mereka. Itu penting agar karuni kemenangan, kemuliaan dan kekuasaan yang hampir mustahil, senantisa tercurah. Satu lagi, Umar Tilmisani menempuh jalan tidak konfrontatif dengan penguasa dan berkali-kali beliau menyerukan, "Bergeraklah dengan bijak dan hindarilah kekerasan dan extremisme."
Tak sekedar kata
Tapi ini langkah nyata
Wallahu’alam bishowab
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment