Tuesday, December 4, 2007

Buka Mata! ini Nyata! Hanya di Indonesia

Sampah...sampah...sampah! Sampah adalah semua benda yang dibuang karena dianggap sudah tidak layak digunakan, dan identik dengan bau yang tidak sedap. Buka mata, ini nyata, hanya terjadi di Indonesia, bagi sebagian orang, sampah adalah ”harta karun”, bahkan tambang emas yang tiada habisnya bagi pemulung.

Fenomena sungai menjadi bak sampah panjang bukan lagi hal baru terjadi di negeri ini. Sebut Prayitno, seorang pemulung yang menunggui sungai Ciliwung, Jakarta, telah melakoni profesinya selama 10 tahun. Tiap harinya ia memerlukan waktu 10 jam untuk bisa mengantongi uang Rp. 15 ribu, dari hasil penjualan sampah-sampah plastik yang berhasil diburunya. Jangan anggap sepele, untuk bisa mendapatkan uang sebesar itu, Prayitno membutuhkan konsentrasi tinggi, jika tidak, maka sampah yg diincarnya akan lolos dari jaring yang dipasangnya. Namun jangan khawatir, sampah-sampah tadi akan tertahan di pintu air manggarai. Di situlah beraneka ragam sampah bertemu dari berbagai aliran sungai. Sebut saja : kasur, kursi, bantal, sandal atau alat-alat kebutuhan sehari-hari yang begitu akrab di sekitar kita, lengkap bisa ditemui di pintu air Manggarai, Jakarta Timur. Buka mata, ini nyata, hanya di Indonesia.

Jika Prayitno memburu harta karun di Ciliwung dengan penjaring, lain lagi dengan pemulung lain yang memburu harta dengan alat penarik logam/besi. Dengan berbekal perahu kayu sederhana, sebut “T” berlayar di sungai ciliwung dan cukup menenggelamkan alat penarik logam itu ke dasar sungai, ia mampu mendapatkan : paku, sendok, garpu, atau logam/besi lain yang dapat di jual dan mendatangkan uang. Sehari saja “T” mampu mendapatkan Rp. 30 rb.

Gambaran di atas, tentu bagi sebagian ini adalah surga yang mendatangkan uang. Buka Mata! Ini Nyata! Hanya di Indonesia. Meski setiap hari sampah-sampah itu diangkut tetap saja menumpuk. Jika terjadi banjir, jangan hanya kita menuding pintu air tapaklampah di depok, jika manggarai saja sudah tidak mampu menjadi penyokong Jakarta tidak banjir.

Efect domino yang serba sulit dicari sisi terbaik solusinya. Jika bisa dari yang terkecil kita mulai saat ini, detik ini, mengapa harus menunggu banjir memenuhi rumah-rumah kita? Sudah saatnya juga pemerintah sebagai pengambil kebijakan melakukan tugasnya sebagai public service dengan baik. Musim penghujan mulai datang. Banjir mulai menghantui sebagian besar warga ibukota. Jangan tunggu lagi menunggu banjir itu datang! Karena begitu sudah begitu banyak permasalahan yang dewasa ini dihadapi warga ibukota, dari kemacetan akibat proyek busway yang tak kunjung usai.

Buang sampah pada tempatnya! Produktif dan Tetap berkarya, karena rezeki itu bisa datang dari berbagai pintu.

Save My Earth!

2 comments:

Anonymous said...

Begitulah Indonesia. Sampah di mana-mana! Memang nyata! Disediakan lahan berapa hektar pun tak akan muat, krn sampah terus berdatangan. Siap2 kegusur sama sampah deh kita, klo gak ada perubahan :)

noerce said...

Betul mbak hanum, namun budaya disiplin utk tidak membuang sampah ke tempat yang bukan peruntukannya dan memisahkan kategori sampah juga masih jauh tuh kayaknya dr mimpi Indonesia bebas sampah. Apalagi tdk ada political will pemerintah melalu pemda2 setempat...^_^