Sunday, January 20, 2008

Celotehmu redamkan jiwa...

Membuncah apa yang ada di fikir ini untuk segera menemukan tempat berbagi. Rumah sederhana ini, yang selalu setia memberikan keteduhan untuk jiwaku bernaung. Akhir-akhir ini begitu banyak kejutan yang kuterima, seperti halnya malam ini, silih berganti suara dalam tempo tak jelas kutangkap maknanya bergantian sahut-menyahut dengan sapaan yang begitu membuatku bahagia tak terperi. “Mbak nung..tapan pulang, tanen (mbak nur, kapan pulang, kangen..begitulah kira2 bahasa orang dewasa). Mas eta (eka nama lafadz sempurnanya), mas dwi, ama dek tli (tri-baca sempurnanya). Mandi bola..mandi bola (awalnya sangat tidak jelas saya menangkap tiap patah-patah kata yang diucapkan anak-anak ini).”

Dalam keadaan seperti ini saya berusaha sekuat tenaga menyelami tiap kata yang terucap dari mulut anak-anak ini. Pun saya merasa kesulitan juga, hanya jawaban, “apa sayang? Sama siapa main bolanya? Sama ayah yach?,” dengan diselingi panggilan saya ke Mas (kakak), “Mas...Mas..., namun suara anak-anak ini tetap memaksaku untuk mau mendengarkan apa yang mereka ucapkan, meski saya hanya bilang, “oo..begitu? kenapa sayang?”oo...”. Sungguh begitu romantisnya saat-saat seperti itu. Karenanya, jika teringat aku selalu menangis dalam sendiriku untuk datang menggendong kalian, meski sekarang sudah mulai besar dan pasti akan berontak kalau kugendong.

Kalian kini telah memasuki playgroup di usia yang masih begitu kanak-kanak (3 saudara kembar ini, sekarang berusia 3 tahun). Begitu cepat waktu telah berganti. Serasa baru kemarin, tiap saya pulang, maka tugas mengganti popok/celana kalian yang telah basah dengan air kencing, akan segera kuganti agar kalian nyaman.

Kalian dan kita

Celotehmu...
Sapamu yang begitu susah kumengerti dalam bahasamu
Menjadikan ku makin sayang
Betapa kalian harta tak ternilai di kehidupan yang miskin ini
Betapa kalian menjadi pengingatku di arena kehidupanku sekarang
Kalian telah menarikku kembali ke indahnya semua kenangan itu
Tuk sejenak melepas semua gemerlap kehidupan kota yang begitu sulit masuk di logikaku
Namun ini tetap bagian hidup dek...
Kalian kelak juga akan merasakan semua rasa yang berkecamuk di jiwa ini
Suara kalian mendendangkan stamboel kerinduanku kepada kalian, kampung dan semua hal di sana tentang kita, keluarga kita
Begitu banyak karunia yang telah ada dan semakin kuterhempas pada sudut ruang ketidakberdayaan
Hanya satu kesyukuran...kita dan semua dalam kehidupan kita
Kesyukuran harus senantiasa terucap dan terukir dalam perilaku kasih sayang kita ke sesama


Kelak kalian akan tahu apa itu kehidupan

Kehidupan bak putaran pergantian episode dari satu sheet ke sheet lain
Tiap sheet terkandung sejuta makna untuk bisa kutangkap
Kurangkai dalam bingkai kehidupan menjadi kuntum kembang yang harum semerbak
Kusemai ia agar tumbuhnya tidak liar dan tetap dalam arah rambatnya
Tak kubiarkan ilalang menjadi pengganggu tumbuhnya
Biar ia terus menebar aroma semerbak wangi di indahnya hidup ini

Begitu banyak telah kuambil jatah hidup ini
Tak peduli rupa-rupa porsi, baik suka-duka, optimis-keluh kesah
Semakin terus kulangkahkan pijakanku
Semakin KAU hempaskan aku di balik kepongahan diri ini
Tuk sekedar mengulur kesyukuran tiap yang didapat
Begitulah senantiasa kita menjalani hidup
Kelak kalian dewasa akan bisa mengerti semua
Dengan ilmu yang kalian punya
Karena hanya itu harta yang akan membahagiakan
Hanya keindahan perilaku tubuh dan jiwa, kebahagian itu akan teraih

Dan dunia pun turut tersenyum pada kita...^_^


2 comments:

dita desiana said...

Nurii,,,kamu puitis sekali,,,selalu puitis. Proses pembelajaran ya dari pujangga teri ke kelas berikutnya,,(hmm apa ya,,) ;)

noerce said...

Teteh...kau selalu tahu saja maksudku...hee..kalie bakat terpendam yg hampir puluhan thn tak menemukan pelampiasannya mgkn teh...makasih atas sgala cintanya ^_^